Review Film: Innocent Witness/?? (2019)

Pernah, gak, sih, kalian membayangkan ada seseorang dengan gangguan spektrum autisme menjadi satu-satunya saksi langsung dari sebuah kasus pembunuhan? Wah, pasti langsung terbayang, kan, tantangan khusus yang harus dihadapi dalam proses persidangan? Hal inilah yang dirasakan Soon Ho, seorang pengacara yang menjadi pembela terdakwa kasus pembunuhan, dalam sebuah film asal negeri Ginseng berjudul Innocent Witness/?? (2019).

1. Sekilas tentang Film

Film berdurasi 2 jam 19 menit ini mengisahkan tentang pria tua penderita depresi ditemukan tewas di rumahnya sendiri. Asisten rumah tangganya, Oh Mi Ran (diperankan oleh Yum Hye Ran), ditemukan berada di tempat kejadian dan dituduh sebagai pembunuh majikannya tersebut. Yang Soon Ho (diperankan oleh Jung Woo Sung) adalah seorang pengacara yang miskin yang ditugaskan oleh firma hukum tempatnya bekerja untuk menjadi pembela Oh Mi Ran. Dan dalam proses penyelidikannya, Soon Ho menemukan bahwa satu-satunya saksi hidup dalam kasus pembunuhan tersebut bernama Kim Ji Woo (diperankan oleh Kim Hyang Gi), seorang remaja perempuan yang mengidap autisme.

Mulai dari sinilah, kita bisa melihat bagaimana usaha Soon Ho dalam mencoba berkomunikasi dan masuk ke dalam dunia Ji Woo demi mengumpulkan bukti-bukti. Belum lagi kesulitan yang Ji Woo hadapi karena kondisi spesialnya yang membuat orang-orang di persidangan memandang remeh dan cenderung meragukan kesaksiannya. Terlepas dari semua adegan yang membuat kita bersimpati, atau bahkan kebingungan dalam menebak siapa yang sebenarnya bersalah, film ini juga menyuguhkan adegan-adegan manis yang bisa membuat penonton tersenyum seperti jalinan persahabatan antara Soon Ho dan Ji Woo yang perlahan mulai terbentuk, serta kisah Soon Ho dengan teman perempuannya yang bernama Soo In (Song Yoon A), seorang janda beranak satu.

Film yang ditulis dan disutradai oleh Lee Han ini menyuguhkan alur tak tertuga kepada para penontonnya. Eits, tenang saja, aku tidak akan membocorkan banyak spoiler untuk yang belum pernah menonton. Tapi di dalam film ini, kita akan melihat bagaimana penampilan luar seseorang bisa jadi sangat menipu, bagaimana kesulitan yang dihadapi penyandang autisme serta keluarganya, hingga bagaimana kita selalu punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mengacaukan hidup kita.

Lebih-lebih lagi, secara pribadi aku sangat salut dengan kepribadian Kim Ji Woo di film ini. Dia seorang remaja SMA yang berhati teguh dan pemberani, terlepas dari situasi khususnya. Dia berani punya mimpi besar. Dia sangat cerdas dan membuat penonton takjub dengan kemampuannya. Wah, pokoknya banyak banget yang bisa kita pelajari dari sosok Ji Woo!

Innocent Witness baru dirilis pada 13 Februari 2019 lalu dengan genre Hukum dan Drama, dan berhasil menyabet 2019 (55th) BaekSang Arts Awards  pada 1 Mei 2019. Bahkan, aktor Jung Woo Sung dianugerahi dengan penghargaan Grand Prize (Daesang) atas film ini. Pada akhir Juli lalu, aktor Kim Hyang Gi juga terpilih sebagai Best Actress dalam ajang penghargaan Golden Cinema Film Festival 2019. Tak ketinggalan film ini juga ditayangkan dalam Festival Film Internasional Hongkong ke-43 pada 18 Maret hingga 1 April 2019. Innocent Witness menjadi sangat populer dan terjual di 9 negara dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, Taiwan, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Jepang. Di Korea sendiri, film Innocent Witness berhasil memecahkan rekor dengan 2,03 juta penonton begitu memasuki pukul 2 siang (KST) di hari yang sama, hanya dalam 17 hari sejak penayangan perdananya. Duh, gak heran dengan angka penjualan yang sefantastis itu, film Innocent Witness berhasil mendulang US$4 juta.

2. Sindrom Asperger?

Kim Ji Woo dalam film Innocent Witness diketahui mengidap suatu spektrum autisme yang disebut sindrom Asperger. Ibu Ji Woo pernah bercerita pada Soon Ho, bahwa kalimat pertama yang diucapkan Ji Woo saat usianya baru menginjak 1 tahun adalah “Ganti diaperku”. Di saat anak-anak lain hanya bisa melafalkan “Mama” atau “Papa”, Ji Woo mampu mengucapkan kalimat penuh. Di usia 2 tahun, Ji Woo sudah bisa membaca dengan lancar, bukan buku anak-anak, melainkan koran. Karena itu ibunya berpikir bahwa anaknya adalah seseorang yang jenius. Soon Ho yang kala itu telah dekat dengan Ji Woo pun mengakui bahwa dia anak yang cerdas. Dia bicara secara logika, dan luar biasa dalam memecahkan teka-teki.

Mengapa kemampuan seperti itu bisa dimiliki seseorang dengan autisme? Dan sebenarnya apa, sih, sindrom Asperger itu?

Dikutip dari Alodokter.com, sindrom Asperger memiliki sedikit perbedaan dengan gangguan spektrum autisme lainnya, misalnya gangguan autistik. Pada penderita gangguan autistik, terjadi kemunduran kecerdasan (kognitif) dan penguasaan bahasa. Sedangkan pada penderita sindrom Asperger, mereka cerdas dan mahir dalam bahasa, namun tampak canggung saat berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Pengidap Asperger tidak memiliki kesulitan dalam menyerap informasi. Mereka bahkan justru menunjukkan kemampuan kecerdasan di atas rata-rata, cepat menguasai bahasa dan kosakata baru, serta menghafal berbagai hal dengan detail. Pengidap Asperger juga memiliki beberapa gejala umum. Dalam film, ciri yang paling mencolok dari Ji Woo adalah gangguan komunikasi dan interaksi sosial serta indra pendengaran yang sangat peka. Penonton tentu tidak akan lupa bagaimana mencengangkannya ketika Ji Woo mampu menebak jumlah dan mengulang kata-kata yang dibisikkan petugas pengadilan dengan cepat dan sangat akurat. Namun tidak hanya terhadap kebisingan, pengidap Asperger juga ada yang merasa terganggu saat melihat warna tertentu, mengonsumsi makanan atau minuman yang rasanya kuat, ataupun menyentuh tekstur asing.

Di zaman modern saat ini, dengan pikiran manusia juga yang semakin terbuka dan maju, masih ada saja orang-orang yang memandang rendah pengidap autisme. Data dari The National Autistic Society menyebutkan bahwa 40% anak penyandang autisme dan 60% anak penyandang sindrom Asperger mengalami perundungan, baik di kehidupan nyata maupun digital. Hal ini yang juga dialami oleh Ji Woo di dalam film, dimana kita bisa melihat rutinitas siswa-siswi di sekolah untuk mengolok-olok dan mengganggunya. Bahkan, teman dekat Ji Woo berhasil menipu penonton dengan sikap baik dan hangat yang ditunjukkannya hingga pertengahan film (ups, keceplosan). Namun, tak dapat dipungkiri bahwa berkat perundungan itu, Soon Ho berhasil masuk ke dalam dunia Ji Woo dan membuat mereka semakin dekat.

3. Sisi Lain dari Film; Dilema Profesi Pengacara?

Di awal menonton film ini, aku sempat tersentuh dengan bagaimana Soon Ho mempercayai Oh Mi Ran, sang terdakwa kasus pembunuhan majikannya, saat tidak ada seorang lain pun yang mempercayainya. Juga bagaimana Mi Ran sangat berharap dan memohon pada Soon Ho untuk membantunya meski dia tidak punya uang untuk membayar jasa Soon Ho. Dan Soon Ho melakukan tugasnya sebagai pengacara pembela dengan sangat baik, hingga Mi Ran akhirnya dibebaskan dari hukuman. Namun, kisah yang terjadi di antara 2 titik itulah yang cukup menguras tanda tanya penonton tentang siapa yang sebenarnya berkata jujur dan mengapa ini-itu. Hingga di akhir cerita, ketika satu per satu bukti terungkap dan kenyataan terbeberkan, tidak ada yang bisa kuucapkan selain “Wow.”

Telah banyak film yang mengisahkan tentang sulitnya menjadi seorang pengacara, salah satunya adalah Innocent Witness ini. Di satu sisi, Soon Ho harus berusaha memenangkan kliennya, atau paling tidak meringankan hukumannya. Soon Ho harus membuktikan bahwa Mi Ran tidak bersalah, dan karena itu dia mendekati Ji Woo untuk mendapatkan keterangan yang mendukungnya. Di sinilah hati nuraninya mulai berperan. Dekat dengan Ji Woo membuatnya mengenal sosok gadis itu sebagai seseorang yang berhati murni dan tulus.

Namun Soon Ho malah menghancurkan hubungan pertemanan mereka setelah dia menyebut Ji Woo dengan sebutan “Seseorang dengan kecatatan mental” di persidangan. Penonton dapat melihat bagaimana Soon Ho mulai merasa sangat bersalah setelah kejadian itu, namun tidak dapat berbuat apa-apa karena prioritas utamanya adalah untuk membebaskan Mi Ran dari tuduhan pembunuhan. Rasanya seperti mata dan hatinya dipaksa menutup hanya untuk ambisinya.

Pengacara jelas bukan profesi yang mudah. Aku bukan seseorang dengan latar belakang pendidikan hukum, karena itu aku seringkali bertanya-tanya, apa yang mendasari seorang pengacara untuk menyetujui pengambilan suatu kasus? Darimana dia tahu bahwa dia membela orang yang berkata benar atau tidak? Jika orang yang dia bela jelas-jelas bersalah, bukannya itu berarti dia menentang kebenaran?

Film Innocent Witness membuatku berpikir bahwa semua pengacara barangkali akan melalui proses dilema tersebut, ketika mereka mulai menyadari mereka berdiri di pihak yang keliru namun tetap harus ‘membenarkan’. Banyak orang yang menganggap pengacara adalah pekerjaan yang kotor karena seringkali meloloskan pelaku pelanggaran dari hukuman yang sepatutnya. Namun tidak banyak yang memahami bahwa seorang pengacara juga telah mengalami banyak hal yang barangkali membuatnya resah, tertekan, bingung, dan bersalah. Namun untunglah, di akhir film, Soo Han berhasil membalik keadaan karena lebih memilih hati nuraninya dan seluruh kebenaran pun terungkap dengan drastis.

Film Innocent Witness ini sangat aku rekomendasikan kepada kalian yang belum pernah menontonnya. Untuk yang sudah pernah, dengan senang hati kurekomendasikan untuk kembali menontonnya. Jalan cerita yang baik, adegan yang nano-nano; manis, lucu, pahit, sedih, dan kesal, para plot twist yang patut disambut pelototan mata, hingga makna yang dapat dipetik darinya tak heran membuat film ini menjadi favorit banyak orang, termasuk aku. Terlebih berkat film ini aku menjadi paham dengan banyak istilah dalam dunia hukum serta dunia autisme yang ternyata menakjubkan.

Nah, dan untuk kalian semua, baik yang sudah menonton atau belum, aku harap kalian bukan golongan manusia yang memandang rendah pengidap autisme, apalagi merundungnya. Untuk apa menghina sesama ciptaan Tuhan? Toh, kita tidak lebih baik dari satu sama lain. Dan untuk kalian yang punya mimpi menjadi pengacara, tetap perjuangkan mimpi itu serta jangan lupa untuk mendengarkan kata hati karena barangkali kalian bisa menemukan jawabannya di sana. Akhir kata, hwaiting!!!

 

(Yolanda Tasya Amalia)

  29559 Views    Likes  

SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

previous post

Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan
SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

next post

SOFT SKILL YANG HARUS KAMU MILIKI!!!

related posts