Sama hanya dengan Indonesia, China juga merupakan salah satu negara yang memiliki beranekaragam suku bangsa. Sekarang ini, ada sekitar 56 suku yang berkembang di Negara China. Mereka terdiri dari 5 suku Mayoritas dan 51 suku Minoritas. Diantara 51 suku Minoritas yang berada di Negara China, terdapat 10 suku Minoritas yang menganut agama Islam, salah satunya adalah Suku Salar.
Suku Salar merupakan suku minoritas yang diakui secara resmi oleh pemerintah China. Dengan populasi 130.607 jiwa, suku Salar tinggal di Daerah Otonomi Xunhua Salar dan Daerah Otonomi Hualong Hui di Provinsi Qinghai, serta Jishishan, Dongxiang dan Daerah Otonomi Salar di Provinsi Gansu. Suku Salar merupakan keturunan suku Turkmenistan yang berasal dari Samarkand. Mereka telah menempati China sejak zaman dinasti Ming dan diberikan kebebasan pajak karena sumbangsihnya pada kerajaan.
Suku Salar memiliki kerajinan istimewa yang disebut dengan “baijiayi”. Baijiayi adalah kain-kain perca yang digunakan untuk membuat berbagai macam pakaian dan menghiasi sulaman. Kain perca ini dikumpulkan dari beberapa keluarga sebagai tanda kuatnya hubungan antar mereka.
Sejarah dan Asal Suku Salar
Suku Salar adalah keturunan langsung dari suku Salur, sebuah suku bangsa Oghuz Turki yang hidup selama Khaganate Turki Barat. Nama suku ini berasal dari cucu lelaki legendaris Uyghus Khan (orang Turkmenistan yang dianggap sebagai leluhur bangsanya sendiri). Kata “Salur” memiliki makna orang yang melambaikan pedang, palu, dan tombak dimana-mana. Maksudnya ialah penakluk di mana-mana dan tidak terkalahkan.
Selama Dinasti Yuan (1271 M - 1368 M), leluhur suku salur bernama Haraman dan Ahman pergi meninggalkan tanah air mereka di Samarkand, Uzbekistan. Menurut sebuah legenda, leluhur mereka tersebut berselisih dengan raja, maka dari itu keduanya melakukan perjalanan ke timur bersama 18 orang suku Salur lainnya dengan membawa unta putih, tanah, air dan Al-Qur’an. Mereka bergerak ke arah timur dan datang ke Xunhua. Mereka melihat Xunhua sangat luas dan penuh dengan padang rumput yang subur dan hutan yang lebat. Mereka memutuskan untuk menetap disana. Setelah itu, orang-orang suku Salur ini menikah dengan penduduk lokal Hui, Tibet dan suku Minoritas lainnya, hingga pada akhirnya membentuk suku Salar.
Bahasa Suku Salar
Suku Salar berbicara menggunakan bahasa Salar. Bahasa Salar adalah dialek timur dari kelompok bahasa Turki yang merupakan subfamili dari keluarga bahasa Altai. Bahasa Salar terbagi menjadi 2 dialek lokal = Jiezi & Megda, dan telah memasukkan banyak kata pinjaman bahasa Tibet dan Mandarin. Meskipun masyarakat suku Salar dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang berbicara dengan dialek Turki lainnya, seperti Uyghur, Uzbeks dan Kazak, tetapi mereka tidak dapat membaca bahasa tertulis satu sama lain, hal ini dikarenakan masyarakat suku Salar menggunakan karakter China secara tertulis sementara kelompok suku yang lain menggunakan bahasa Arab.
Agama Suku Salar
Sekitar 99% masyarakat suku Salar adalah Muslim Sunni dengan mahzab Hanafi. Mereka mematuhi keyakinan dasar Islam, menghormati Al-Qur’an dan sunnah serta mengikuti lima rukun Islam yaitu : bersaksi dengan mengucap dua kalimat syahadat, mengerjakan sholat lima waktu, membayar zakat, berpuasa, dan pergi haji. Masyarakat suku Salar percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah dan memegang teguh ajaran dalam kitab suci Al-Qur'an yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan terakhir.
Selain itu, pengaruh Islam tercermin dalam kehidupan sosial, kegiatan budaya dan adat istiadat mereka. Misalnya, dalam hal tempat tinggal, di dinding rumah keluarga suku Salar harus menggantungkan sebuah tulisan suci Islam dalam bahasa Arab untuk mengekspresikan rasa hormat mereka.
Kehidupan Masyarakat Suku Salar
Masyarakat suku Salar secara tradisional tinggal di desa-desa dengan masjid dan kuburan milik mereka sendiri. Rumah-rumah mereka sebagian besar dibangun dari kayu dan lumpur dengan atap datar, dan dikelilingi oleh dinding batako di empat sisi untuk membentuk halaman. Pria suku Salar juga dikenal sebagai pengukir kayu yang terampil. Maka dari itu, mereka memberikan desain sendiri untuk pintu, atap dan tiang rumah mereka.
Daerah yang dihuni oleh masyarakat suku Salar berada di sepanjang Sungai Kuning sehingga memiliki iklim yang cocok untuk pertumbuhan gandum dan sayuran. Oleh sebab itu, mereka menanam gandum, jagung, kentang, dan berbagai sayuran dan buah-buahan. Mereka juga mengoperasikan hortikultura, di mana yang paling terkenal adalah buah-buahan seperti pir, aprikot, anggur, dan kenari. Selain menanam, mereka juga memelihara ternak seperti kuda, sapi, domba, keledai, ayam dan bebek. Di waktu senggang, mereka juga melakukan penebangan, perburuan, demam emas, dan kegiatan lainnya untuk membantu keluarga mereka.
Makanan pokok mereka secara tradisional adalah mie, roti kukus, dan sup sayuran. Jika ada festival atau kesempatan menerima tamu, mereka memasak kue-kue goreng, daging kambing rebus, roti gula kukus dan banyak makanan lain untuk merayakan festival atau melayani para tamu. Teh susu dan teh barley adalah minuman favorit yang dicintai oleh masyarakat suku Salar. Mereka juga suka makan daging sapi, kambing dan ayam. Mereka dilarang makan daging babi, daging keledai, daging kuda, darah dan binatang yang mati secara alami.
Keluarga suku Salar sangat patriarki (pria dominan) dan patrilineal yang artinya garis keturunan berasal dari pihak ayah. Dikarenakan rumah umumnya termasuk keluarga besar, maka pernikahan sering dipandang sebagai persatuan dua keluarga dan bukan pasangan "cinta". Di masa lalu, orang tua memilih pasangan menikah anak-anak mereka, menggunakan "mak comblang" dalam negosiasi. "Biaya Pengantin" antara satu hingga empat kuda, kain dan gula yang dibayarkan kepada orang tua pengantin wanita. Upacara pernikahan kemudian dilaksanakan di luar rumah pengantin wanita, dengan pengantin wanita mendengarkan upacara dari dalam ruangan.
Pakaian Tradisional Suku Salar
Pakaian tradisional pria suku Salar mengenakan topi bundar berwarna putih atau hitam atau topi heksagonal tanpa pinggiran, pakaian putih dengan rompi hijau, dan sabuk di sekitar pinggang. Sedangkan pakaian tradisional wanita suku Salar mengenakan pakaian berwarna cerah dengan gambar besar bunga di bagian depan dan rompi hitam. Mereka suka mengenakan aksesoris seperti anting-anting panjang, cincin, gelang dan manik-manik. Wanita suku Salar biasanya mengenakan topi dengan kerudung panjang yang dipengaruhi oleh budaya Islam.
Festival Suku Salar
Masyarakat suku Salar percaya pada Islam dan sangat religius. Festival utama masyarakat suku Salar adalah Festival Idul Fitri, Qurban dan Ulang Tahun Nabi Muhammad SAW. Selain itu, ada juga beberapa festival lainnya, seperti Festival Lailah al-Barat yang dirayakan pada malam ke-15 sebelum bulan puasa, Festival Fatima diadakan pada hari ke 12 bulan puasa untuk mengenang Fatima, putri Nabi Muhammad SAW dan Festival Lailatul Qadr yang dilaksanakan pada tanggal 27 bulan puasa. Pada festival ini, masyarakat suku Salar akan mengundang imam untuk datang ke rumah mereka lalu membacakan Al-Qur’an dan memberika nnasihat-nasihat.
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan