Surat Terbuka Untuk Dosen Pembimbing Skripsi: Kami Juga Lelah!

Orang bilang sih, dunia perkuliahan itu seperti jalan raya Ahmad Yani di Surabaya.  Ada yang jalannya cepat tapi stabil, ada yang lambat, ada yang hati-hati pakai plat tulisan ‘BELAJAR’, ada yang ngebut nggak karuan, ada yang hobi gonta-ganti jalur, dan ada yang sangat patuh aturan lalu lintas.  Bahasa kerennya tuh, “Everyone has their own pace” ciaaa.  Makin ke sini, saya kok menggeleng makin kuat.  Memang benar sih tiap orang memiliki jalan dan kecepatannya masing-masing, tapi rasa stress dan tekanan batin yang dirasakan berkat peer pressure itu tidak dapat disangkal.  Salah satunya, ya ketika merasakan hidup dalam perkuliahan.

 

Peer pressure ini kerap menghampiri mahasiswa tingkat akhir atau yang tanggungannya tinggal skripsi saja.  Nggak hanya semester delapan, kami juga terdiri atas orang-orang dari semester sepuluh dan dua belas yang ‘normalnya’ lulus tahun-tahun lalu.  Tapi apa daya?  Semesta bisa saja membuat banyak cara sehingga nasib kami tidak seperti nasib teman-teman kami kebanyakan.  Ya, ketika sebagian besar teman-teman seangkatan kami sudah lulus dan sudah bekerja, kami masih harus mendekam dibalik status ‘mahasiswa’.

 

Mungkin kalau kami mahasiswa yang hidup di tahun 80an atau 90an, kami tidak akan begitu panik terhadap ketertinggalan kami.  Soalnya waktu itu belum ada internet yang mudah diakses untuk semua orang, apalagi media sosial.  Lha, zaman sekarang paling nggak ada yang punya minimal satu media sosial untuk bisa berkomunikasi dengan teman.  Dan jujur, melihat unggahan story teman-teman yang pegang laptop sembari pakai selempang berisi nama plus gelar membuat kita minder dan iri.  Tapi kami tahu jelas bahwa mereka nggak salah kok.  Itu hak mereka untuk pamer dan bangga terhadap pencapaian diri sendiri.

 

Lantas kami kembali melakukan introspeksi diri.  Ada apa gerangan sehingga kami tidak bisa sampai di titik yang sama seperti teman-teman yang lain?  Maaf tidak maaf nih, tapi kami harus mengakui bahwa salah satu penghambat kami untuk lulus adalah adanya faktor eksternal yang tidak bisa kami kendalikan, alias benar-benar di luar kuasa kami: dosen pembimbing.

 

Pak, Bu, kami serius ingin segera menyelesaikan skripsi kami.  Tapi apa daya kalau bapak ibu sekalian susah sekali dihubungi?  Jika kami mengirim pesan, terkadang lama sekali mendapatkan respon balasan.  Tidak hanya berhari-hari, namun ajang penantian ini bisa berlangsung hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.  Lantas kami harus bagaimana?  Notifikasi pesan dari anda sekalian sungguh sangat kami nantikan.  Begitu sudah mendapatkan respon, kami segera menanggapi, namun respon berikutnya datang setelah penantian panjang pula.  Rasanya seperti berkomunikasi lewat surat tulis tangan yang dikirim oleh burung merpati alih-alih komunikasi modern lewat aplikasi chatting, hehehe….

 

Jujur Pak, Bu, kami sebetulnya bingung.  Ketika disuruh revisi, kami langsung kerjakan, setelah itu kami kirim lagi ke Bapak/Ibu untuk diperiksa.  Tapi terkadang pesan kami tidak dibuka, atau sekalinya dibuka direspon dengan kalimat “Nanti saya cek, ya.”  Tapi beberapa hari setelah itu belum ada respon.  Posisi kami sebagai mahasiswa agak susah: mau ngingetin/minta respon tapi nanti kesannya kaya lagi nagih, tapi juga kalau kami diam saja takut anda sekalian lupa belum cek hasil revisian kami.  Maka dari itu kami selalu berusaha mengirimkan chat dengan bahasa yang sopan, semoga tidak menyinggung perasaan Bapak dan Ibu….

 

Pak, Bu, terkadang memang ada beberapa hal yang kurang kami mengerti, mungkin seputar data yang harus kami ambil, metode penelitian, dan hal-hal lain terkait pelaksanaan skripsi kami.  Kami bertanya karena membutuhkan saran, masukan dan arahan, tapi jawaban yang kami terima justru “Cari sendiri, jangan buat seolah-olah saya bertanggung jawab penuh terhadap kamu, ya.”  Loh, bukannya kami memang hakikatnya tanggung jawab anda?  Lalu kenapa nama kami bisa berakhir di bawah nama anda sebagai ‘mahasiswa bimbingan skripsi’?

 

Terakhir Pak, Bu, menurut kami sudah seyogyanya dosen pembimbing mengetahui tanggal-tanggal penting terkait skripsi, seperti tanggal batas pengumpulan draft skripsi dan tanggal-tanggal sidang.  Ketika anda sekalian bertanya mengenai tanggal deadline dan kami jawab, malah kami dimarahi karena katanya “Udah tanggal segini tapi kok progres baru segini?”  Lah… saya kan juga nggak bisa maju kalau dosen pembimbing saya lambat.  Selain itu, fakta bahwa dosen pembimbing sendiri nggak inget (atau nggak tahu?) mengenai tanggal deadline itu sih yang bikin hati kami nyesek hiks.  Di saat seperti ini, sungguh Pak, Bu, yang kami butuhkan adalah dukungan moral dan kata-kata penyemangat.  Kami tahu mungkin gaya membimbing tiap dosen itu berbeda, tapi ayolah, kata-kata “Wah, kamu nggak bisa sidang ini.  Saya nggak yakin,” adalah panah yang menjatuhkan mental kami.  Apakah memang kami harus ditampar dengan pernyataan kejam seperti ini?  Pun memang hasil kami buruk dan tidak bisa sidang dalam waktu dekat, setidaknya kan bisa disampaikan dengan cara yang lebih halus?  Karena, apa esensinya dosen pembimbing kalau menjatuhkan mahasiswanya sendiri alih-alih ‘membimbing’.

 

Kami tahu, tidak semua dosen pembimbing seperti ini.  Mungkin ada yang merasa tersinggung karena kesannya saya menggeneralisasi setiap dosen pembimbing, tapi bukan itu maksud kami.  Tapi Pak, Bu, mohon dengarkan tulisan sambat berisi keluh kesah ini.  Kami ingin lulus, kami sungguh rindu untuk bisa maju sidang.  Karena kami setuju, bahwasanya skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai…. Dan kami juga lelah menerima pandangan sebelah mata dan bisikan orang yang tahu bahwa kami belum lulus.  Tolong, Pak, Bu, kami dan skripsi kami tidak ada artinya tanpa keberadaan dan bantuan dari dosen pembimbing.

  302 Views    Likes  

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

previous post

Moralitas dan Etika Profesional dalam Menyongsong Generasi Pemimpin Masa Depan
Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

next post

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

related posts