Tari Bedhaya Ketawang merupakan sebuah tarian kebesaran yang hanya di pertunjukan ketika penobatan serta peringatan kenaikan tahta raja di Kasunanan Surakarta. Tarian ini merupakan tarian sakral yang suci bagi masyarakat dan Kasunanan Surakarta sehingga tidak sembarang orang boleh menarikan tarian ini. Tari ini dibawakan oleh 9 orang dan setiap penari harus memenuhi persyaratan serta melakukan ritual yang disebut dengan caos-dahar yaitu suatu manifestasi dari kebaktian dan usaha untuk berkomunikasi dengan mahluk halus dan dunia gaib. Di hadapan para penari akan dilengkapi dengan pembakaran dupa atau kemenyan.
Tarian Bhedaya Ketawang menggambarkan mengebai hubungan mistis antara keturunan Raja Mataram yang pertama dengan penguasa laut Selatan, Kanjeng Ratu Kidul. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, setiap Raja Mataram merupakan kekasih dari Kanjeng Ratu Kidul, melalui hubungan ini maka ratu beserta bala tentaranya jika diperlukan akan selalu membantu Kerajaan Mataram. Tarian Bedhaya Ketawang diyakini sebagai curahan cinta suci Kanjeng Ratu Kidul kepada Panembahan Senopati.
Sampai saat ini masyarakat sekitar mempercayai bahwa Nyai Ratu Kidul juga tampak ketika mencermati aktivitas para pelaku yang terlibat dalam ritus dan upacara memperingati bertahtanya seorang raja yang ditandai dengan pementasan Tari Bedhaya Ketawang. Bagi kota Solo yang terkenal dengan budaya jawanya yang sangat kental tarian ini masih dilestarikan hingga sekarang melihat dengan kentalnya sistem nilai hormat kepada leluhur atau pinisepuh yang semakin mengukuhkan penerimaan tersebut.