4 Struggle Saya Menjadi Penggemar Band Musik God Bless

(Sumber foto: Instagram Rolling Stones Indonesia)

 

“Orang dalam kaca/Jangan diam saja/Jawab aku walau sekata/Saat ini hatiku resah/Orang dalam kaca/Jangan, jangan diam saja/Bisikkanlah semua yang kau tahu/Rasanya hidup di dalam surga!”

 

Barusan adalah sepenggal lirik dari sekian banyak lagu favorit saya.  Dewasa ini, rasanya musik pop dan RnB adalah dua genre yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.  Namun, kita harus ingat bahwasanya setiap genre musik memiliki penggemar dan pasarnya masing-masing.  Musik rock, contohnya.  Walaupun tidak selalu merajai chart musik setiap saat, namun banyak musik aliran rock dan musisi-musisi genre ini yang dikenal dan disayang oleh khalayak umum.  Sebut saja Gigi, Dewa19, Jamrud, J-Rocks, dan masih banyak band lain.  Dari banyaknya musisi dan band legendaris produksi dalam negeri, saya paling menggemari God Bless.  Band yang dibentuk tahun 70an ini telah banyak menorehkan prestasi dalam dunia musik, salah satunya adalah menjadi band pembuka untuk konser band legendaris Deep Purple tahun 1975 silam.

 

Berkat ayah saya yang hobi memutar kaset-kaset dan lagu God Bless, selera dan rasa cinta saya terhadap musik rock menjadi tidak terelakkan.  Layaknya penggemar musik pada umumnya, kami berdua juga ingin menikmati karya-karya God Bless dan berbincang-bincang dengan sesama penggemar supaya istilahnya  kegiatan fanboying/fangirling kami nggak sepi-sepi amat karena di lingkup keluarga hanya kami berdua yang suka musik rock.

 

Nah, ayah saya memiliki komunitas band yang terdiri atas rekan-rekan kerjanya di kantor yang satu aliran musik favorit dan sering meminjam studio untuk nge-band sepulang kerja.  Lantas, apa yang saya lakukan ketika sebagian besar teman-teman sebaya hobinya mendengarkan lagu-lagu Kpop?  Ini empat kendala yang saya temukan selama menjadi fans God Bless di usia kepala dua.

 

#1 Susah menemukan penggemar yang sebaya dan sama-sama perempuan

Tidak bisa disangkal, saya juga mendengarkan musik Kpop dan Cpop.  Nah, penggemar dari kedua genre musik ini umumnya menggunakan Twitter sebagai platform berdiskusi dan fangirling soal musik dan idola.  Namun di Twitter tidak ada topik khusus mengenai God Bless, sedangkan topik musik ‘rock’ kebanyakan membahas band-band luar negeri.  Opsi lain, saya meluncur ke grup komunitas di Facebook, namun sebagian besar anggota aktifnya adalah bapak-bapak berusia paruh baya.  Ada juga beberapa orang muda yang sebaya, namun hampir sebagian besar adalah laki-laki.

 

#2 Koleksi unik yang tidak selalu mudah ditemukan dan tidak selalu murah

Kalau penggemar Kpop hobinya membeli album dan mengoleksi photocard, fandom God Bless juga kurang lebih sama.  Hanya saja, memang tidak ada photocard, hehehe.  Kami mengoleksi CD, DVD, vinyl, bahkan kaset pita.  Barang koleksi yang sering diincar banyak orang adalah kaset pita original God Bless yang diproduksi pada tahun 80/90an.  Ada memang yang menjual knock-off atau barang produksi second, namun yang rilisan pertama selalu menjadi barang yang bernilai tinggi.  Berhubung kaset pita God Bless yang ada di rumah saya mulai mengalami perubahan suara (yup, inilah konsekuensi kaset pita yang terlalu sering diputar), saya berselancar di internet untuk membeli kaset pita versi originalnya. Versi rilisan original ini maksudnya kaset yang body-nya masih menggunakan plastik warna putih/krem, bukan plastik hitam bening itu lho!  Ooh-la-la, ternyata benda ini harganya tidak main-main, kisaran sekitar 500 ribu rupiah ke atas.  Terlebih koleksi lebih berkelas seperti piringan hitam/vinyl, harganya bisa lebih mahal lagi!

 

#3 Menonton penampilan mereka secara langsung adalah kesempatan yang sangat berharga

God Bless aktif di tahun 80-an sampai awal 2000-an dan tahun 2021 ini menandai 48 tahun perjalanan mereka berkarya di blantika musik Indonesia. Nyaris lima dekade, usia para anggota sudah tidak muda lagi, terutama empat anggota original yang usianya sudah kepala tujuh.  Walaupun sudah merilis lagu baru bulan Mei 2021 lalu, aktivitas manggung jelas tidak sesering dulu, ditambah lagi kondisi pandemi yang membuat konser offline harus ditunda dulu entah sampai kapan.  Menonton penampilan God Bless secara langsung sudah menjadi agenda wajib setiap penggemarnya yang setidaknya bisa terpenuhi sekali seumur hidup.  Beruntung, walaupun masih belum ada konser offline, God Bless sudah beberapa kali tampil dalam konser online untuk memuaskan keinginan para penggemarnya.

 

#4 Susahnya menemukan lagu atau band favorit yang memiliki kualitas sebagus God Bless

Karena karya-karyanya sudah menjadi makanan rutin bagi telinga saya sejak kecil, hal ini berpengaruh kepada selera dan penilaian saya terhadap musik rock.  Permainan gitar, drum, dan bass yang apik tentu memanjakan telinga, tapi apakah makna dan cerita yang dibawakan sebuah lagu itu sebanding dengan apiknya permainan teknik musik lagu itu?  Pertanyaan ini selalu menghantui saya setiap kali saya mencoba mendengarkan lagu-lagu rock baru.  Akhirnya saya jadi agak pilih-pilih karena menggunakan karya God Bless sebagai standar penilaian pribadi.  Lagu-lagu God Bless tidak sekadar lagu patah hati atau lagu kemarahan membabi-buta. Lagu-lagu dari band ini memiliki makna dalam yang kerap berisi kritikan sosial yang disampaikan dengan lirik yang menggugah; terkadang berisi sarkasme dan humor gelap, namun penuh dengan pesan tersirat.  Sebut saja lagu Kehidupan, Badut-Badut Jakarta, Balada Sejuta Wajah, Orang Dalam Kaca, Menjilat Matahari, dan masih banyak lagu-lagu lain.

 

Walaupun terkadang mendapatkan tatapan aneh dari teman-teman sebaya karena mendengarkan lagu-lagu rock jadul ketika sedang bekerja, saya cuma bisa tersenyum dan mengangkat bahu.  Bagi saya, karya-karya God Bless itu seperti minuman anggur yang semakin tua umurnya justru semakin enak didengar, alias ‘aging like a fine wine’ hehehe….

 

  164 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts