Baju berbahan polyester sering kali menjadi pilihan banyak orang karena harganya yang terjangkau dan daya tahan yang kuat. Namun, di balik keuntungan tersebut, ada risiko tersembunyi yang sering diabaikan oleh konsumen. Sebelum memutuskan untuk membeli pakaian berbahan polyester, penting untuk memahami dampaknya, tidak hanya pada kenyamanan sehari-hari tetapi juga terhadap kesehatan dan lingkungan.
Apa Itu Polyester?
Polyester adalah serat sintetis yang terbuat dari bahan petrokimia, khususnya polyethylene terephthalate (PET), yang juga digunakan dalam produksi botol plastik. Serat ini tidak alami dan diproses secara kimia untuk menghasilkan kain yang kuat dan tahan lama. Meskipun terlihat praktis, penggunaannya dalam pakaian dapat menimbulkan sejumlah masalah yang perlu diwaspadai.
A. Resiko Kesehatan dari Pakaian Berbahan Polyester
1. Potensi Terpapar Bahan Kimia Berbahaya
Salah satu bahaya terbesar dari polyester adalah kemungkinan terpapar bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatannya. Polyester dibuat melalui proses polimerisasi yang melibatkan bahan kimia berbahaya seperti etilen glikol dan dimetil tereftalat. Bahan kimia ini bisa menempel pada serat kain, dan ketika pakaian dipakai, zat-zat tersebut bisa terlepas dan diserap oleh kulit kita. Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia ini dapat meningkatkan risiko penyakit serius, termasuk:
- Kanker: Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan polyester telah dikaitkan dengan potensi risiko kanker, terutama jika kulit terus-menerus terpapar melalui kontak langsung. Meskipun penelitian tentang hubungan langsung antara polyester dan kanker masih berkembang, paparan bahan kimia sintetis dalam jumlah besar diketahui dapat merusak sel dan memicu pertumbuhan sel kanker dalam jangka panjang.
- Gangguan Hormon: Bahan kimia sintetis seperti ftalat yang sering digunakan dalam proses pembuatan polyester dapat mengganggu sistem hormon dalam tubuh manusia. Ftalat diketahui berfungsi sebagai endocrine disruptors, yang dapat mengganggu keseimbangan hormon, menyebabkan masalah reproduksi, dan bahkan meningkatkan risiko penyakit serius seperti obesitas dan kanker payudara.
2. Iritasi Kulit dan Alergi
Polyester tidak bersifat "bernafas" seperti bahan alami, yang membuatnya kurang mampu menyerap keringat atau memberi sirkulasi udara yang baik. Hal ini dapat memicu kelembaban dan panas berlebih yang terperangkap di kulit, sehingga menyebabkan masalah kulit seperti iritasi, ruam, atau bahkan dermatitis kontak bagi mereka yang memiliki kulit sensitif. Bahan kimia tambahan seperti pewarna dan pelarut yang digunakan dalam produksi kain juga bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang.
3. Meningkatkan Suhu Tubuh dan Keringat Berlebih
Polyester dikenal sebagai bahan yang kurang nyaman dalam kondisi panas atau lembab, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Karena tidak menyerap keringat, pakaian berbahan polyester bisa membuat tubuh lebih cepat panas. Ini meningkatkan produksi keringat yang justru terperangkap di dalam kain, menyebabkan rasa lembab yang tidak nyaman dan mempercepat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan.
4. Mengandung Serat Mikroplastik yang Berbahaya
Setiap kali kita mencuci pakaian berbahan polyester, serat mikroplastik kecil terlepas dari kain dan masuk ke dalam sistem air. Serat mikroplastik ini akhirnya mengalir ke laut dan sungai, mencemari ekosistem dan menciptakan masalah serius bagi makhluk hidup, termasuk manusia. Mikroplastik dapat memasuki rantai makanan dan berakhir di piring kita, yang menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang seperti gangguan pencernaan, gangguan hormon, hingga kanker.
B. Dampak Lingkungan
Selain risikonya terhadap kesehatan, polyester juga memiliki dampak yang merugikan bagi lingkungan:
1. Tidak Mudah Terurai
Polyester membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai secara alami. Karena itu, setiap pakaian polyester yang dibuang ke tempat pembuangan sampah akan terus menumpuk dan memperburuk masalah limbah plastik yang sudah menjadi masalah global. Plastik dalam bentuk apapun, termasuk polyester, sangat sulit dikelola dan menyebabkan kerusakan lingkungan jangka panjang.
2. Pencemaran Air dan Tanah
Seperti yang disebutkan sebelumnya, mencuci pakaian polyester dapat melepaskan mikroplastik ke sistem air. Mikroplastik ini mencemari lautan, meracuni kehidupan laut, dan akhirnya masuk ke rantai makanan kita. Selain itu, saat pakaian berbahan polyester dibuang, mereka bisa mencemari tanah dan sumber air, menambah beban pencemaran plastik global.
C. Alternatif bahan pakaian
Untuk menghindari risiko kesehatan dan dampak negatif terhadap lingkungan, kita sebaiknya mempertimbangkan alternatif bahan pakaian yang lebih aman, seperti:
1. Katun Organik
Bahan ini berasal dari serat alami dan ditanam tanpa penggunaan pestisida atau bahan kimia berbahaya. Katun organik lebih aman untuk kulit, menyerap keringat dengan baik, dan nyaman dipakai.
2. Linen
Linen adalah serat alami dari tanaman rami yang juga ramah lingkungan. Bahan ini memiliki sifat menyerap keringat, sejuk, dan tahan lama, sehingga cocok untuk dipakai di iklim panas.
3. Bambu
Serat dari bambu juga menjadi pilihan populer karena ramah lingkungan dan memiliki sifat antibakteri alami. Pakaian dari bambu lembut di kulit, dapat menyerap keringat dengan baik, dan cepat terurai secara alami.
D. Kesimpulan
Pakaian berbahan polyester memang sering kali lebih murah dan tahan lama, namun di balik harga yang murah, terdapat berbagai risiko kesehatan yang tidak bisa diabaikan, seperti paparan bahan kimia berbahaya, risiko kanker, iritasi kulit, dan mikroplastik. Selain itu, dampak lingkungan dari polyester sangat merugikan dan berkontribusi pada masalah pencemaran global.
Dengan memahami bahaya yang tersembunyi di balik polyester, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijak dalam memilih pakaian, dengan mengutamakan kesehatan diri sendiri dan lingkungan. Berinvestasi pada bahan yang lebih alami dan ramah lingkungan adalah langkah penting menuju gaya hidup yang lebih sehat dan bertanggung jawab.
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan