Dampak Psikologis Korban Pelecehan Seksual di lingkungan kampus

Kronologi bermula pada tanggal 27, Oktober 2021. Saat itu, korban ingin melakukan bimbingan skripsi di ruang dekan fisip hanya berdua bersama dosen pembimbingnya. Dosen yang berinisial (DS) menanyakan kehidupan pribadi yang sama sekali tidak berhubungan dengan bimbingan. Tidak hanya itu, dosen (DS) juga mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan. Korban tidak menerima perlakuan tersebut dan merasa ingin segera menyelesaikan bimbingannya. Ketika korban ingin pamit pulang, dosen (DS) menahan korban dengan memegang kedua bahu, kemudian memegang kepala dengan kedua tangan, dan mencium pipi korban. Korban pada saat itu sangat ketakutan dengan menundukkan kepala, tetapi (DS) mendongakkan dan mengatakan “mana bibirmu..”.

Pada saat itu seketika korban merasa terkejut, terhina, lemas, dan merasa rendah. Korban langsung lari meninggalkan kampus dan mencoba meminta pertolongan. Beberapa hari kemudian, korban meminta kepada dosen lain yang berinisial (DL) untuk dapat mengganti dosen pembimbing skripsinya dan menceritakan kejadian yang menimpanya. Tetapi, dosen (DL) tersebut menekankan kepada korban agar tidak melaporkan kepada ketua jurusan. Dosen tersebut justru malah berkata untuk menyuruh korban sabar dan tabah serta tidak mempermasalahkan hal tersebut. Tidak berlangsung lama, korban, (DL) dan (DS) dipertemukan bersama ketua jurusan. Ketika ketua jurusan bertanya, (DS) justru menceritakan kejadian yang bukan sebenarnya terjadi. Respon para dosen tertawa ketika mendengar kejadian tersebut. (DS) justru berasumsi bahwa hal yang ia lakukan semata-mata hanya menganggap korban sebagai anak. Pada saat itu, korban merasa terintimidasi atas perlakuan para dosen.

Menurut Ruback dkk (1984) pengaruh social influence dapat mempengaruhi korban dalam menentukan apa yang harus dilakukan. Dalam kasus ini dosen bernisial (DS) mempengaruhi pilihan korban untuk tidak melaporkan kasus dengan mengancam “jangan sampai pak (DS) cerai dengan istrinya ketika kamu melaporkan kasus ini ke ketua jurusan).

Berikut proses alasan pengambilan keputusan untuk melaporkan hal yang dilakukan oleh (DS) :

1). Tahap satu, terjadi pelecehan seksual berupa sentuhan kedua bahu dilanjutkan dengan mencium pipi kiri dan dilanjutkan dengan pelaku yang berucap “mana bibir”.

2). Pada tahap kedua, saat kejadian korban merasakan dampak psikologis dengan terkejut, terhina, tubuh yang seketika lemas hingga merasa dirinya rendah.

Menurut Rosernberg (Mruk, 2006), self esteem merupakan sikap seseorang berdasarkan persepsi tentang bagaimana ia menghargai dan menilai dirinya sendiri secara keseluruhan, yang berupa sikap positif atau negatif terhadap dirinya. Korban merasa bahwa self esteem pada dirinya saat itu menjadi rendah ketika dihadapkan dengan perlakuan seperti itu.

Kemudian dengan respon para dosen lain yang seolah meremehkan ketika korban menceritakan kejadian tersebut, ditambah dengan pelaku (DS) yang menceritakan kejadian tidak sebenarnya ketika diberikan pertanyaan dengan ketua jurusan, pelaku (DS) justru melakukan tindakan victim blaming. Menurut Barbara Gilin, profesor di Universitas Widener, ada penjelasan psikologis alasan di balik perilaku victim blaming. Perilaku ini terjadi ketika orang menyalahkan korban, karena mereka merasa dirinya sedang terancam dan ingin merasa aman sendiri. Gilin mengungkapkan bahwa "mereka dapat terus merasa aman, maka dari itu bisa sampai menyalahkan orang lain, bahkan korban sendiri”. Ditambah dengan dosen yang mengatakan untuk korban tidak terlalu mempermasalahkan kejadian tersebut, hal ini menjadikan korban marah dan berakibat timbulnya rasa dendam dan trauma.

3). Tahap ketiga, atas pertimbangan analisis cost-benefit, korban memiliki kesempatan dalam melaporkan, karena tidak ingin hal ini terjadi pada orang lain.

Sehingga dari 3 faktor proses pengambilan keputusan tersebut, yakni social influence, dampak psikologi, terjadinya victim blaming dan cost benefit analyze yang membuat korban lebih memilih melaporkan kasus tersebut ke media sosial karena merasa tidak mendapatkan perlindungan dari para petinggi kampus.

 

Sumber ilustrasi : https://www.google.com/search?q=PELECEHAN+SEKSUAL&sxsrf=APq-WBvwpese4yFMMBivAfPbcYGIEkcf1Q:1648574174883&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwj3q9Gw6ev2AhUyR2wGHd2CA4EQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1366&bih=600&dpr=1#imgrc=RT0mDFMVggSzIM

 

  187 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts