Perubahan dunia secara global kini tengah memasuki fase yang sering didengungkan sebagian orang dengan istilah revolusi industri 4.0. Era ini datang dan menuntut generasi muda untuk bepikir kreatif dan ikut melakukan inovasi dalam segala aspek kehidupan. Yang akan bergerak dinamis dan terus menghadirkan banyak perubahan yang tidak bisa dibendung. Negara seyogyanya berusaha maksimal dan gencar sosialisasi terkait era ini kepada generasi muda Indonesia.
Generasi muda tidak boleh menutup diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Perlu pola pikir yang rasional dan terbuka supaya generasi muda tidak menjadi individu yang larut tergerus modernisasi. Menteri Ristekdikti, Mohamad Nasir memaparkan bahwa Indonesia diperkirakan sebagai negara dengan potensi tinggi dalam menghadapi era modernisasi. Meskipun saat ini, berdasar data evaluasi awal global competitiness index, world economic forum 2017-2018 Indonesia masih di bawah Malaysia, Singapura dan Thailand. Indonesia meraih posisi ke-36, naik 5 peringkat dari tahun sebelumnya yang berada di posisi 41 dari 137 negara.
Fakta di atas menjadi penguat bahwa Indonesia harus bergerak menyongsong revolusi industri 4.0 ini, apalagi berdasar data siaran pers Bappenas (2017) penduduk Indonesia akan mencapai masa bonus demografi pada tahun 2030 mendatang, yakni penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total proyeksi penduduk Indonesia sebesar 297 juta jiwa. Dari data tersebut disimpulkan aspek peningkatan mutu pendidikan patutnya menjadi master of priority supaya Indonesia dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, yaitu terciptanya generasi muda unggul dan kompetitif melalui ranah pendidikan.
Berdasarkan vonis bonus demografi dan era revolusi industri 4.0 yang semakin benar adanya. Maka pendidikan menjadi salah satu urgensi guna mencapai generasi emas Indonesia 2045. Konsep Indonesia emas 2045 haruslah disambut positif karena pada periode inilah generasi muda bisa menunjukkan esensinya. Jika konsep itu sudah bisa dicapai maka era revolusi industri 4.0 akan mudah untuk dilewati dengan peraihan prestasi yang maksimal.
Maka dari itu, generasi muda memerlukan metode belajar yang tepat dan solutif guna menyongsong revolusi industri 4.0, metode ini bernama Deliberate Practice Terintegrasi. Secara sederhana Deliberate Practice adalah istilah yang digunakan Professor Anders Erricson seorang pakar bidang pengembangan sumber daya manusia dalam artikelnya yang berjudul The Role of Deliberate Practice in the Acquisition of Expert Performance. Metode ini mengharuskan generasi muda untuk belajar dengan cara yang spesifik dan berkelanjutan pada sesuatu yang ingin dia menjadi pakar di dalamnya.
Deliberate practice tidak sama seperti practice yang lain, perbedaan ada pada elemen yang melekat pada masing-masing keduanya. Berikut elemen fundamental deliberate practice. 1. Metode belajar yang didesain khusus untuk meningkatkan performa. Generasi muda dalam meningkatkan mutu diri haruslah memiliki grand design terhadap target dan tujuan yang akan dicapai. Fokus menjadi hal utama, generasi muda sekarang harus berfikir apa yang dibutuhkan Indonesia guna menghadapi revolusi industri 4.0 dan mulai melakukan pengembangan atas hal yang belum dikuasi sehingga kedepannya menjadi bisa. 2. Mengulangi secara terus menerus. Elemen kedua yaitu repetisi berulang kali, generasi muda utamanya pelajar diharuskan mengulang berkali-kali materi agar bisa mengusai secara hebat. Erricson dalam artikelnya mengatakan butuh total waktu latihan 10.000 jam agar menjadi expert dibidang yang dikehendaki. Pengulangan ini sangatlah penting agar generasi muda bisa bersaing dengan mesin yang kelak akan menggantikan peran manusia di era revolusi industri 4.0 ini. 3. Butuh mental tinggi untuk mencapai sukses. Bukan rahasia umum lagi ketika seseorang ingin menggapai kesuksesan maka dia diharuskan memiliki mental sekuat baja untuk sukses. Begitupun dengan generasi muda yang ingin berperan nyata di era ini haruslah memiliki mental, konsentrasi, dan fokus yang tinggi. 4. Deliberate practice bukanlah metode yang menyenangkan. Generasi muda harus berupaya maksimal untuk bisa ikut andil di era ini, fastabiqul khairat mutlak dilakukan untuk menggapai target. Generasi muda yang lahir di era ini baiknya senang mencoba hal baru yang positif sebagai upaya inovasi agar Indonesia mempunyai kader muda yang unggul. 5. Harus mempunyai feedback. Sebagai generasi muda haruslah aktif meraba pencapaian apa yang telah didapat pada diri masing-masing, hal ini wajib dilakukan agar menjadi faktor penambah semangat dalam berjuang di masa mendatang.
Sudah saatnya generasi muda ikut menyongsong hadirnya era revolusi industri 4.0 dengan mulai membenahi diri masing-masing dan tidak lagi menjadi penonton atas suksesnya negara tetangga, generasi mudalah penentu sukses atau tidaknya bangsa ini. Generasi muda diharapkan bisa menjadi agent of change dengan metode deliberate practice yang terintegrasi dengan membuat program solutif untuk memecahkan masalah di masyarakat.
Implementasi metode belajar “Deliberate Practice” tidaklah sulit dan bahkan tidak mengeluarkan biaya banyak, namun disini peran aktif generasi mudalah yang menjadi faktor penentu apakah mau beraksi mengeksekusi berjuta ide ataukan hanya diam menatap laju perubahan yang sangat cepat dan dia akan tertinggal di belakang. Peran pemerintah mutlak diperlukan agar gerakan ini mengahasilkan output yang mampu bersaing di era revolusi industri 4.0