Habiskan Dana 200 Triliun Lebih, Apa Keuntungan Olimpiade 2020 Bagi jepang?

Tahukah kamu, Jepang menggontorkan dana hingga setidaknya $15.4 miliar (Rp 221,3 triliun) untuk menyelenggarakan pesta Olimpiade 2020, yang bahkan tidak bisa dihadiri oleh penggemar maupun turis mancanegara karena ditetapkannya status darurat COVID-19 oleh pemerintah Jepang.

Tidakkah ini hal yang menarik? Kenapa suatu negara mau mengeluarkan dana sedemikian besar hanya untuk pertandingan di arena kosong tanpa penggemar setia?

Angka fantastis tersebut bahkan bukan angka sebenarnya yang harus dikeluarkan pemerintah Jepang. Penelitian dari Universitas Oxford menyebutkan bahwa Olimpiade Tokyo 2020 menjadi pertandingan musim panas termahal yang pernah ada, bahkan jauh melampaui biaya Olimpiade Beijing 2008 yang lebih dari $40 miliar (Flyvbjerg, dkk., 2020). Terlebih ditundanya Olimpiade selama setahun juga telah menambah sekitar $2,8 milyar ke angka nominal yang diperlukan. Dengan tidak adanya penonton langsung di lapangan selama total 17 hari Olimpiade Tokyo, berarti menghapus pendapatan penjualan tiket yang dianggarkan sebesar $800 juta, yang berarti bahwa negara Jepang tidak dapat menggunakan cara biasa melalui penjualan tiket tersebut untuk menutup pengeluaran.

Wah, semahal itu ya biaya untuk menggelar pertandingan Olimpiade?

Terhitung sejak Olimpiade pertama tahun 1960, biaya penyelenggaraannya memang melebihi biaya rata-rata 172%. Untuk Olimpiade Tokyo sendiri, pembekakan biaya bahkan mencapai 111-244%.

Sebagai perbandingan kita, jika dana yang lebih dari 200 triliun rupiah itu digunakan bukan untuk Olimpiade, apa saja sebenarnya yang bisa Jepang alih-alih lakukan?

Banyak sekali, tentu saja. Jepang bisa membangun hampir 300 rumah sakit yang masing-masing berkapasitas 300 bangsal. Atau membangun 1.200 sekolah dasar. Bahkan, membeli 38 jet jumbo jenis Boeing 747.

Lantas apakah Jepang diuntungkan dengan menjadi tuan rumah Olimpiade?

Terlebih, ternyata di luar $6,7 miliar dari total dana, adalah uang publik yang dibayarkan oleh pembayar pajak Jepang. Tidak heran kritik sempat membanjir untuk membatalkan penyelenggaraan Olimpiade Tokyo. 

Tapi meski demikian, pertandingan tersebut sebenarnya tetap dapat menghasilkan segelintir keuntungan sehingga tidak bisa juga disebut kerugian total.

Takahide Kiuchi, ekonom dari Nomura Research Institute, memproyeksikan bahwa keuntungan ekonomi jangka-pendek Olimpiade akan mencapai $15,2 miliar. Hotel dan restoran akan menghabiskan uang untuk merenovasi bangunan demi kenyamanan wisawatan mancanegara, sehingga berkontribusi untuk menarik minat wisatawan ke Jepang.

Salah satu yang diuntungkan secara ekonomi dari Olimpiade adalah industri konstruksi dan kontraktor. Perusahaan Kengo Kuma, misalnya, mendesain 68.000 kursi Stadion Nasional dan membangun 7 tempat lainnya untuk Olimpiade, dengan biaya sekitar  $3 miliar. Setelah Olimpiade berakhir, stadion tersebut akan digunakan untuk pertandingan sepak bola dan rugby serta kegiatan-kegiatan kebudayaan. Pun dengan infrastruktur desa atlet, menelan biaya sekitar  $490 juta dan akan diubah menjadi apartemen.

Industri lain yang terdampak untung adalah industri internet dan televisi. Dilarangnya kehadiran penonton dari segala acara Olimpiade, membuat penggemar mau tidak mau harus menonton kompetisi tersebut di internet dan televisi, khususnya yang berlayar lebar. Salah satu produk yang mengalami kenaikan popularitas adalah TV organic light-emitting diode (OLED), dimana terjadi peningkatan 30% dalam penjualan TV OLED pada bulan Juli lalu dibandingkan tahun sebelumnya di peritel elektronik Big Camera (TIME, 2021).

Selain itu, dorongan aktivitas ekonomi juga terwujud dalam tingginya minat baru untuk berolahraga, seperti skateboarding. Raihan medali emas oleh Yuto Horigome, Sakura Yosozumi, Kokona Hiraki, dan Sky Brown di Olimpiade, sukses mendorong lonjakkan kegemaran skateboarding dalam masyarakat Jepang yang sering mereka mainkan di jalanan maupun skatepark. Skatepark atau taman-taman papan luncur di Tokyo pun mengalami kenaikan pengunjung, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Keuntungan lain datang dari prestasi para atlet perempuan Jepang telah yang menyumbang 33 medali, dari total 58 medali negara tersebut. Bahkan, 15 dari 27 medali emas diraih oleh atlet perempuan. Fenomena ini sudah pasti akan mendorong minat kaum perempuan dalam dunia atletik, sekaligus memperkuat perempuan dari segi ekonomi di negara Jepang yang perekonomiannya masih didominasi laki-laki. Dalam Laporan Ketimpangan Gender Global Tahun 2021 yang dikeluarkan World Economic Forum, Jepang menduduki peringkat ke-120 dari 156 negara. Posisi ini menunjukkan perkembangan Jepang untuk memperkecil ketimpangan gender-nya, yang dapat meningkatkan PDB Jepang sebesar 10%.

Namun, seorang ekonom olahraga dari Jerman bernama Wolfgang Maennig, menyatakan bahwa para ekonom sepertinya sepakat bahwa Olimpiade sebenarnya tidak memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pendapat, pekerjaan, pendapatan pajak, pariwisata, dan lainnya secara nasional maupun regional. Namun keuntungan tetap hadir di bidang lain. Misalnya peluang tuan rumah memperoleh lebih banyak medali untuk para atletnya, dibangunnya fasilitas olahraga baru, hingga sorotan dunia internasional. Dan itulah yang terjadi pada Olimpiade milik Jepang di tahun ini; Jepang memenangkan lebih banyak medali emas maupun medali keseluruhan jauh dibandingkan sebelumnya (Maennig, 2021).

Ditambah lagi, meskipun Tokyo memang bisa jadi mengalami kerugian ekonomi jangka pendek akibat pandemi dan ketidakhadiran penggemar yang menonton, kerugian semacam itu sebenarnya relatif kecil untuk Jepang sebagai suatu negara dengan ekonomi GDP mencapai $5 triliun.

Referensi

Maennig, W. (2021). Dalam Tokyo Olympics cost $15.4 billion. Was it helpful to Japan's economy?. The Free Press Journal. Diakses dari https://www.freepressjournal.in/sports/tokyo-olympics-cost-154-billion-was-it-helpful-to-japans-economy.

Hornyak, T. (2021). Even With No Tourists or Fans, Japan Is Already Seeing Economic Benefits From the $15.4 Billion Tokyo Olympics. Dalam Time. Diakses dari https://time.com/6089274/tokyo-olympics-economic-benefits/?amp=true

Flyvbjerg, B., Alexander Budzier & Daniel Lunn. (2020). Regression to the Tail: Why the Olympics Blow Up. Dalam Environment and Planning A: Economy and Space. DOI: 10.2139/ssrn.3686009

Sumber Gambar

Kompas. Dalam https://www.kompas.com/sports/read/2021/07/27/23363188/klasemen-medali-olimpiade-tokyo-jepang-kembali-ke-puncak-indonesia-melorot.

Reuters. Digunakan kembali dalam Sindohttps://sports.sindonews.com/read/490884/51/teatrikal-memukau-warnai-upacara-pembukaan-olimpiade-tokyo-2020-1627042057.

  220 Views    Likes  

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

previous post

Moralitas dan Etika Profesional dalam Menyongsong Generasi Pemimpin Masa Depan
Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

next post

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

related posts