Hubungan Sastra dan Kebudayaan

Istilah kebudayaan memang erat kaitannya dengan istilah peradaban. Dilihat dari segi bahasa peradaban berasal dari kata peradaban (dari akar kata adab, bahasa Arab). Dalam tradisi Barat, peradaban disebut civilization (dari akar kata civis, civitas) yang berarti warga negara, negara kota. 

Dapat dikatakan bahwa secara etimologis kebudayaan dan peradaban merupakan sinonim, keduanya sama sama memiliki arti keseluruhan hidup masyarakat manusia. Meski demikian, dalam perkembangan selanjutnya pada umumnya peradaban didefinisikan sebagai bentuk-bentuk kebudayaan yang paling tinggi, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, sistem ketatanegaraan, dan sebagainya. 

Kebudayaan memiliki beberapa pengertian yang diungkapkan oleh berbagai tokoh lintas zaman. Definisi yang paling tua sekaligus paling luas berasal dari E.B. Tylor (Sardar dan Loon, 1997: 4) yang dikemukakan dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture (1871). Menurut Taylor, kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan lain. Definisi mutakhir yang senada dengan Taylor, sekaligus dengan memberikan peranan terhadap masyarakat, diberikan oleh Marvin Harris (1999: 19), yaitu seluruh aspek kehidupan manusia dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku. Menurut Koentjaraningrat (1974: 80), kata kebudayaan berasal dari buddhayah (Sansekerta), sebagai bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal. 

Kebudayaan secara definitif berarti keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan lain yang memberikan peranan terhadap masyarakat dengan berlandasan pada akal budi manusia.

Sastra dan kebudayaan memilih hubungan dalam kaitannya dengan berbagai wilayah 

yang sama, yaitu aktivitas manusia, tetapi dengan cara yang berbeda. Sastra melalui kemampuan imajinasi dan kreativitas, sebagai kemampuan emosionalitas, kebudayaan lebih banyak melalui kemampuan akal, sebagai kemampuan intelektualitas. Secara etimologi bahasa baik sastra maupun kebudayaan berawal dari bahasa Latin. Sastra berasal dari kata litteratura berarti segala sesuatu yang tertulis. Sebaliknya, culture,  juga dari bahasa Latin colere, berarti mengolah, mengerjakan, yang secara luas  diartikan sebagai aktivitas manusia untuk mengolah alam. 

Kebudayaan mengolah alam melalui kemampuan akal, melalui teknologi, termasuk ekonomi dan politik, sedangkan sastra mengolah alam melalui kemampuan tulisan. Mengolah dalam sastra,  dalam hubungan ini diartikan sebagai membangun alam, membangun dunia baru, sebagai ‘dunia dalam kata’. Hasilnya adalah jenis-jenis karya sastra, seperti: puisi, novel, kakawin, dan sebagainya. Alam baru yang dibangun oleh kebudayaan, misalnya: perumahan, pertanian, hutan, kawasan pariwisata, kawasan elite, dan sebagainya. 

Objek kajian sastra dan kebudayaan sama sama manusia. Artinya keduanya berhubungan erat karena memiliki perhatian pada akal budi manusia. Jika sastra melalui kemampuan imajinasi dan kreativitas, sebagai kemampuan emosionalitas manusia,  kebudayaan lebih banyak melalui kemampuan akal, sebagai kemampuan intelektualitas manusia. Pemikiran manusia artinya budaya mencakup ide, pengetahuan, gagasan, dan konsep tentang keadaan lingkungan manusia serta sifat peralatan yang digunakan. Sistem pengetahuan ini meliputi tumbuhan dan binatang, ruang dan waktu, perilaku dan sifat manusia, ruang pengetahuan tentang alam, dan pengetahuan yang lain

Sikap dan perilaku manusia,  artinya budaya sebagai serangkaian kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh manusia di lingkungan sekitar. Hal tersebut terbentuk dalam suatu bentuk sistem sosial, yang menyebabkan manusia dapat saling berhubungan dan berinteraksi atau bekerjasama melakukan suatu kegiatan dengan manusia lainnya sesuai dengan adat istiadat dan kebiasaan masing-masing dan hasil karya manusia!

Hasil karya manusia ialah suatu hasil karya yang dihasilkan oleh kegiatan serta aktivitas manusia, baik berupa fisik atau pun benda. Hal tersebut disebabkan oleh adanya ide atau gagasan yang diterapkan dalam aktivitas manusia agar dapat dilihat, diabadikan dan diamati secara langsung dan nyata.

 Kebudayaan memahami kehidupan manusia secara objektif dan empiris, objektif artinya kebenaran atau hasil dari kebudayaan bersifat pemahaman secara umum yang diperoleh dari hasil pengalaman, penemuan, atau perbuatan. Sementara, sastra itu subjektif karena hasil atau karya sastra berasal dari pemahaman sendiri atau tidak bersifat pemahaman umum yang diperoleh dari imajinasi (bersifat khayalan individu).

Pada kesimpulannya, sastra dan kebudayaan, baik secara definitif etimologis maupun secara praktis pragmatis, berhubungan erat. Kedua istilah berada dalam kelompok kata yang memberikan perhatian pada aspek rohaniah, sebagai pencerahan akal budi manusia. 

 

  2792 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts