Isu Etika Mengenai Uji Coba Vaksin COVID-19 Kepada Manusia

Halo teman-teman! Bagaimana kabarnya hari ini? Aku harap kita semua masih diberikan kesehatan dan dilindungi oleh Tuhan dari pandemi ini. Hari ini aku akan berbagi sedikit pengetahuan kepada kalian dari materi Bioetika yang menjadi mata kuliah wajib di jurusanku. Semoga kalian dapat mengerti dan mendapatkan manfaat dari apa yang kusampaikan.

Pandemi COVID-19 terus menambah jumlah kasus positif terinfeksi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di belahan dunia lain, beberapa negara menunjukkan penurunan jumlah kasus positif, sehingga aktivitas normal dijalankan kembali. Namun setelah itu, kasus positif kembali meningkat. Hal ini mendorong para ilmuwan dari banyak negara untuk mengupayakan percepatan pembuatan vaksin untuk COVID-19. Beberapa kandidat vaksin telah ditemukan dan sedang diujicobakan, dengan harapan agar cepat ditemukan vaksin yang paling mutakhir sehingga pandemi dapat cepat berakhir.

Untuk dapat mempercepat mendapatkan vaksin yang paling mutakhir, dibutuhkan uji coba secara langsung terhadap manusia. Uji coba ini disebut sebagai Human Challenge Trial (HCT), yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga dan institusi pendidikan dari berbagai negara dan menuai implikasi etis dari prosedur yang dilakukan dengan hasil HCT yang masih diperdebatkan secara etika. Salah satu keuntungan dari HCT adalah kita dapat menentukan vaksin mana yang lebih mutakhir dari beberapa vaksin yang diujicobakan. Jika terdapat kandidat vaksin yang lebih baik responsnya, maka kemungkinan besar vaksin itulah yang akan digunakan. Namun hal ini akan menjadi perdebatan etika (Nguyen et al 2020).

Biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program ujicoba vaksin tidaklah murah, membutuhkan waktu yang lumayan lama serta membutuhkan banyak relawan yang bersedia untuk melaksanakan program HCT. Menurut situs resmi 1DaySooner, situs yang mengumpulkan relawan dari seluruh dunia untuk mempercepat pengembangan vaksin covid-19, telah mendapatkan 30.108 relawan dari 140 negara di seluruh dunia untuk mengikuti program HCT. Karena semakin cepat vaksin ditemukan, maka angka harapan hidup bagi penderita covid-19 akan semakin meningkat. Jika vaksin akan mencegah 0,2% dari orang-orang dari kematian, mempercepat pengembangan vaksin akan menyelamatkan 7.120 orang dalam satu hari, 55.000 orang dalam satu minggu, 220.000 orang dalam satu bulan, dan lebih dari setengah juta orang akan selamat dalam 3 bulan. Oleh karenanya prospek dari HCT ini sangat menjanjikan. Hal ini didukung oleh argumen oleh Lancet Journal of Infectious Disease,  dimana resiko kematian orang yang terinfeksi covid-19 di rentang usia 20-29 tahun adalah 1 dari 3.300 orang. Namun, walaupun resiko kematian bagi relawan adalah rendah, COVID-19 sering menyebabkan penyakit parah di antara pasien dari segala usia. Belum diketahui apakah virus menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru atau organ lain. Namun sebuah penelitian yang mengamati kasus COVID-19 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 20,8% pasien berusia 20-44 memiliki penyakit parah yang memerlukan rawat inap. 4,2% dari kelompok usia ini mengembangkan penyakit kritis, yang membutuhkan masuk ke unit perawatan intensif (ICU) dan termasuk komplikasi seperti novel pneumonia yang terinfeksi coronavirus (NCIP), sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), dan gagal ginjal. Komplikasi parah lain yang telah dilaporkan termasuk cedera jantung, syok septik, dan kegagalan multi-organ.        

Dari data yang disebutkan diatas, jika daya imunitas relawan tidak sebaik yang diharapkan setelah diberikan vaksin, maka uji coba ini tentu dianggap melanggar etika. Namun, berdasarkan argumen dari Eyal et al (2020), bahwa beberapa vaksin yang diujicobakan (masih bersifat eksperimental) kemungkinan memiliki efek yang serupa, namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa terdapat kandidat vaksin yang lebih baik dibanding vaksin lain yang sedang diujicobakan, dengan pertimbangan yang masuk akal oleh para ilmuwan. Apabila dinilai secara ilmiah vaksin eksperimental ini dapat membantu, maka alternatif ini lebih menjanjikan dibanding tidak melakukan aksi sama sekali untuk mendukung percepatan pengadaan lisensi vaksin covid-19. Berdasarkan argumen ini, pertimbangan untuk melakukan HCT sebagai upaya mempercepat lisensi vaksin covid-19 dapat diperbolehkan secara etika.

 

Sumber Pustaka :

Eyal, Nir, and Marc Lipsitch. Ethical Comparators in Coronavirus Vaccine Trials (March 2020). [Artikel] http://nrs.harvard.edu/urn-3:HUL.InstRepos:42643064

https://1daysooner.org/

Nguyen, L.,et al. 2020. Evaluating use cases for human challenge trials in accelerating COVID-19 vaccine development. [Artikel] https://doi.org/10.31219/osf.io/7gc4b

  695 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts