Sejak masa SMA hingga saat ini, organisasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam perjalanan hidupku. Melalui berbagai pengalaman berorganisasi, aku menemukan bahwa organisasi bukan sekadar wadah berkumpul, melainkan sebuah tempat pembelajaran yang sangat berharga dalam membentuk karakter dan kepribadian.
Awalnya, keterlibatanku dalam organisasi dimulai dari Japan Club di SMA. Di sana, aku diberi kepercayaan sebagai divisi perkap. Tak jarang aku membantu tugas-tugas divisi lain karena teman dekatku berada di sana. Karena itu, aku pun merasakan pengalaman di semua divisi dan memahami tanggung jawab serta kewajiban setiap divisi dengan lebih mendalam.
Memasuki perguruan tinggi, aku disuguhi begitu banyak tawaran untuk bergabung dalam berbagai organisasi. Karena masih belum mengetahui minatku dengan pasti, aku merasa bingung memilih organisasi mana yang tepat. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk mengikuti beberapa organisasi sekaligus, dengan harapan dapat menemukan passion sejatiku.
Mengikuti lebih dari satu organisasi ternyata tidaklah mudah. Di samping jadwal kuliah yang padat, aku juga harus meluangkan waktu untuk mengikuti setiap kegiatan organisasi. Seiring berjalannya waktu, aku mulai memahami arah minatku yang sebenarnya. Akhirnya, aku memutuskan untuk fokus pada satu organisasi, yaitu organisasi kewirausahaan.
Di organisasi kewirausahaan ini, aku menemukan passion yang selama ini kucari. Organisasi ini memberiku kesempatan untuk belajar tentang dunia bisnis secara praktis, mulai dari perencanaan usaha, pemasaran, hingga manajemen keuangan. Pengalaman paling berkesan selama di sana adalah ketika aku diberi kepercayaan menjadi ketua pelaksana sebuah seminar nasional.
Setelah satu tahun periode kepengurusan di organisasi kewirausahaan, aku merasa mulai stagnan. Kemudian, aku mencoba mendaftar di organisasi BEM tingkat universitas. Di BEM, aku menemukan tantangan baru yang berbeda dari organisasi sebelumnya. Lingkup kerja yang lebih luas dan kompleks memaksaku untuk belajar lebih cepat dan adaptif. BEM mengajarkanku tentang kepemimpinan publik, advokasi, dan manajemen proyek.
Pengalaman di BEM membentuk cara berpikirku menjadi lebih sistematis dan strategis. Aku mulai memahami bahwa setiap keputusan yang diambil memiliki dampak yang lebih luas, tidak hanya untuk individu, tetapi untuk seluruh civitas akademik. Proses pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan mengajarkanku tentang diplomasi, negosiasi, dan kemampuan berkompromi.
Puncak pengalaman di BEM adalah keterlibatanku dalam kegiatan pesantren ramadhan di Yayasan Pembinaan Anak Cacad Semarang. Aku diberi kepercayaan sebagai ketua pelaksana program tersebut. Awalnya, aku merasa gugup dan ragu menghadapi tantangan memimpin program yang melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus. Namun, keraguan itu perlahan sirna seiring berjalannya persiapan.
Aku mulai melakukan koordinasi intensif dengan pengurus yayasan dan tim BEM, merancang program yang inklusif dan bermakna. Setiap detail dipikirkan dengan matang, mulai dari materi kegiatan, pendekatan komunikasi, hingga metode pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus.
Melalui pengalaman ini, aku belajar bahwa kepemimpinan sejati bukan sekadar kemampuan mengatur, melainkan kemampuan memahami dan memberdayakan. Kepemimpinan sejati membutuhkan kerendahan hati untuk mendengarkan, keberanian untuk membuka ruang bagi setiap potensi, dan komitmen untuk mengembangkan kemampuan setiap individu.
Perjalanan organisasiku telah mengajarkan bahwa setiap tahap kehidupan adalah proses pembelajaran berkelanjutan. Kini, aku menyadari bahwa organisasi sejatinya adalah miniatur kehidupan nyata. Di sini, kita belajar bekerja sama, menghargai perbedaan, menghadapi tantangan, dan terus mengembangkan potensi diri.
previous post
Ways of Adaptability & Resilience