Kue Cucur Punya Nama Lain ?
Makanan pencuci mulut ini terbuat dari tepung beras dan gula aren yang digoreng. Kue cucur bersifat tebal menggembung seperti gunung di bagian tengah dan tipis di pinggirannya. Masyarakat Thailand percaya bahwa kue ini mirip dengan bunga lotus yang dapat tumbuh di kondisi yang sulit. Melambangkan cinta dari pasangan yang baru menikah yang akan semakin bertambah dan sukses dalam kehidupan pernikahan. Masyarakat Thailand suka menampilkan kue ini di upacara pernikahan atau menguntungkan, atau di festival apa pun. Terkadang, kue ini juga diberikan sebagai hadiah. Dalam konsumsinya, masyarakat Thailand biasanya memakan kue ini langsung setelah digoreng karena kue ini masih lembut dan berwarna-warni, dan wangi. Jika dibiarkan selama satu jam, kue ini akan lengket, membantet, dan sangat berminyak. Di Indonesia, khususnya Jakarta, makanan ini termasuk makanan adat artinya pada upacara-upacara adat budaya Betawi, kucur wajib dihidangkan.
Sobat osc tahu gak sih ternyata kue cucur yang aku pegang ini punya banyak nama. Berawal dari keisenganku bertanya kepada teman- teman “kalian tahu gak, kenapa nama kue ini cucur” tentunya mereka tidak tahu, aku hanya bercanda menjawab pertanyaanku ini karena hanya ingin membuat teman-temanku tertawa setelah kegiatan pengabdian social kemarin. Lalu kujawab “Karena, kue inid di goreng oleh sang putri yang ber- cucur-an air mata”, ya misiku berhasil akhirnya mereka tertawa. Ternyata setelah kukatakan itu kue cucur ada teman-temanku yang mengatakan bahwa didaerahnya itu bukan kue cucur. Aku kira mereka bercanda, rupanya setelah aku buka google ternyata memang masing- masing daerah punya nama untuk kue cucur ini. Yuk kita cari tahu apa aja ya nama lain dari kue cucur ?
Di Betawi, konon disebut kue cucur karena cara membuatnya dengan meneteskan dalam jumlah banyak adonan tersebut di atas loyang. Bahasa Betawinya ngocor, tapi oleh para pendatang, pengucapannya dihaluskan menjadi ngucur,jadilah cucur. Kue cucur disajikan saat upacara tradisional seperti upacara potong rambut bayi dan acara pernikahan.
Di Jawa, kue cucur digunakan sebagai salah satu hantaran pengikat tali kasih (peningset pelengkap) dari pihak pria kepada pihak wanita, setelah lamarannya diterima oleh pihak wanita. Di Jogjakarta, kue cucur juga dijadikan sajian bagi tamu yang berkunjung ke rumah, selain sebagai sesajen saat acara slametan.
Di Madura kue cucur disebut kocor. Kocor digunakan sebagai salah satu makanan hantaran dari pihak lelaki kepada pihak perempuan pada upacara pernikahan.
Di Sumatra Barat, setelah acara akad nikah, pihak perempuan wajib berkunjung ke rumah mertua atau disebut dengan upacara manjalang mintuo, Batandang, mahanta nasi, manyaok kandangatau mahanta nasi katunduakan, mahanta bubue. Pada upacara ini, pihak keluarga wanita wajib membawa kue yang berbentuk bulat seperti pinyaram (cucur). Ada pula tradisi maanta juadah, yaitu pihak wanita mengantarkan juadah kepada pihak pria. Adapun juadah terdiri dari enam macam kue yang salah satunya ialah pinyaram.
Di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, para nelayan biasa mengadakan upacara ritual dan jamuan laut yang bertujuan untuk melindungi nelayan ketika menangkap ikan dan melindungi daerah tersebut dari wabah penyakit. Para nelayan menyiapkan persembahan berupa kue-kue yang melambangkan suku-suku yang ada di daerah tersebut. Salah satu kue yang dibuat persembahan ialah kue cucur. Kue cucur digunakan sebagai lambang suku Keling. Berdasarkan perlambang ini, diduga kue cucur dibawa oleh pedagang India yang datang ke pulau Sumatra.
Di Sulawesi Utara terdapat cerita bahwa seorang gadis yang tidak dapat membuat kue cucur dengan baik, dia tidak diperkenankan untuk menikah. Di Gorontalo, kue cucur disajikan saat panen padi. Para petani menikmati kue cucur bersama-sama, bahkan terjadi barter yaitu kue cucur ditukar dengan beberapa ikat padi.
Suku Mandar di Sulawesi Barat memiliki perahu tradisional dengan bentuk haluan yang meruncing, layarnya meruncing dan bercadik, disebut perahu sadeq. Mulai dari proses pengumpulan bahan baku untuk perahu sadeq (proses penebangan), pembuatan perahu sadeq hingga peluncuran ke laut, selalu diiringi doa dan upacara. Dalam upacara ini disiapkan sesaji yang diletakkan di atas nampan. Salah satu sesajinya ialah kue cucur. Kue cucur dipercaya sebagai simbol harapan agar pekerjaannya berbuah manis.
Di Sulawesi Tenggara, tepatnya desa Ara dan Tanah Beru, Kabupaten Bontobahari, juga memiliki tradisi yang mirip dengan Suku Mandar. Mereka juga melakukan ritual bagi perahu pinisi. Dimana upacara diawali dengan kaum ibu yang meletakan kue dumpi (cucur).
Di Kalimantan Tengah, tepatnya di Kabupaten Katingan terdapat acara hinting pali. Hinting pali ialah pemasangan rambu-rambu atau tanda larangan, biasanya tanda itu dipasang (berupa daun sawang dan rotan) oleh penyelenggara upacara ritual agama Hindu Kaharingan di depan pintu rumah atau tempat sekitar upacara Tiwah. Salah satu sesajen yang disiapkan untuk upacara hinting pali ialah kue cucur.
Di Kalimantan Tengah, tepatnya Sampit, terdapat tradisi Mandi Safar. Mandi Safar dilakukan dengan cara menceburkan diri ke Sungai Mentaya. Ini dilakukan agar terdapat saling menghargai, mengakrabkan dan menguatkan rasa persatuan antar masyarakat. Setelah mandi, masyarakat berkumpul dan berdoa. Lalu dilanjutkan dengan memperebutkan aneka makanan yang dibentuk seperti gunungan, terdiri dari empat puluh satu jenis kue tradisional, diantaranya kue cucur. (https://www.kompasiana.com/eveline/5a14d2d72599ec700b740772/ragam-cerita-kue-cucur?page=all)
Nah sekarang sobat OSC sudah tahukan bahwa kue cucur ternyata punya nama lain. Jadi untuk yang suka kue cucur gak usah khawatir tidak menemukan kue cucur, karena Indonesia dengan budaya nya dan keragamannya menyediakan semua itu untuk aku, kamu dan kita semua..