Mengenal Kurikulum Prototipe untuk pendidikan berkualitas

Kurikulum Pendidikan telah mengalami pembaruan dari waktu ke waktu. Begitupun pada masa pandemi di awal tahun 2020, kurikulum 2013 telah mengalami pembaruan untuk menghindari adanya learning loss. Learning loss adalah kondisi yang berkaitan dengan kemunduran secara akademis berkaitan dengan proses pendidikan yang berlangsung secara tidak maksimal. Penyesuaian jam pelajaran di sekolah akibat pengalihan pembelajaran dari luring menjadi daring menjadi salah satu factor yang dapat menyebabkan learning loss.  Oleh karena itu, kemendikbud mengeluarkan sebuah kurikulum bernama kurikulum darurat. Kurikulum darurat adalah kurikulum dengan penyederhanaan kompetensi dasar untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK.

Sesuai dengan namanya, kurikulum darurat hanya dilaksanakan selama beberapa waktu dalam keadaan mendesak atau darurat. Tetap diperlukan adanya penyempurnaan kurikulum meningat kondisi new normal yang harus dihadapi akibat pandemi ini. Sehingga pada bulan Februari 2022, kemendikbud mengeluarkan sebuah kurikulum pilihan bernama Kurikulum Prototipe. Kurikulum ini berbasis pada kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning). Pembelajaran berbasis proyek dianggap penting untuk pengembangan karakter siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning).

 

Kurikulum prototipe rencananya akan diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program Sekolah Penggerak. Dalam kurikulum prototipe, terdapat tiga karakteristik utama. Berikut penjelasannya:

1. Pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills)

Keterampilan non-teknis adalah perkembangan kemampuan dengan EQ dan berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi para siswa. Pada kurikulum prototipe, tidak hanya diajarkan pada keterampilan yang berkaitan dengan bidang yang ditekuni siswa saja, tetapi bisa lintas minat.

Dalam hal ini, kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Zulfikri Anas, yang dikutip dari Koran Tempo Edisi 25 Desember 2021, bahwa guru diminta untuk memberikan sejumlah tugas atau proyek kepada para murid yang sifatnya bisa lintas mata pelajaran, bahkan lintas peminatan.

Pada kurikulum prototipe, siswa Sekolah Dasar (SD) paling tidak dapat melakukan dua kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran. Sedangkan siswa SMP, SMA/SMK setidaknya dapat melaksanakan tiga kali penilaian proyek. Namun demikian, sekolah tetap diberikan keleluasaan untuk pengembangan program kerja tambahan.

 

2. Berfokus pada materi esensial

Dengan pembelajaran yang difokuskan pada materi-materi esensial, maka ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi. Dengan begitu, para siswa atau murid tidak tertinggal dalam kemampuan dasar tersebut.

Selain itu, sudah tidak ada lagi jurusan ilmu sosial (IPS), alam (IPA), dan bahasa di jenjang pendidikan SMA. Siswa juga bebas dalam memilih mata pelajaran sesuai dengan yang diminatinya. Hal ini didasarkan pada kurikulum prototipe yang mengedepankan pengembangan karakter dan kompetensi esensial siswa.

Berbeda dengan kurikulum 2013 yang mengenal istilah KI dan KD, pada kurikulum prototipe terdapat istilah Capaian Pembelajaran (CP). CP merupakan satu kesatuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berkelanjutan, sehingga membangun kompetensi yang utuh.

 

3. Memberikan fleksibilitas bagi guru

Guru, dalam hal ini, dapat mengajar suatu hal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh si murid. Fleksibilitas bagi guru, dimaksudkan untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Selain itu, perencanaan kurikulum bagi sekolah pun dapat diatur dengan cara yang lebih fleksibel. Dalam kurikulum prototipe, tujuan belajar ditetapkan per fase, yakni dua hingga tiga tahun, untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah.

Hingga saat ini, ada 343 Taman Kanak-Kanak, 1.116 Sekolah Dasar, 547 Sekolah Menengah Pertama, 382 Sekolah Menengah Atas, dan 85 Sekolah Luar Biasa yang telah mengikuti proyek uji coba kurikulum prototipe. Ketika sudah diterapkan, nantinya kurikulum ini bakal dilakukan evaluasi kembali di tahun 2024.

 

Sumber:

https://nasional.tempo.co/read/1545454/ini-3-karakteristik-utama-kurikulum-prototipe-yang-perlu-guru-ketahui/full&view=ok

  50 Views    Likes  

Inovasi kurikulum merdeka untuk membangun pendidikan berkualitas di era digital

previous post

Menjadi Raksasa di Udara, Yuk Ketahui Lebih Banyak Fakta Tentang Pesawat Terbang
Inovasi kurikulum merdeka untuk membangun pendidikan berkualitas di era digital

next post

Inovasi kurikulum merdeka untuk membangun pendidikan berkualitas di era digital

related posts