Mengundang isak tangis, Ini Pesan Menghangatkan Hati Dari Film Five Feet Apart

Halo sobat OSC!

Wih, mendekati penghujung tahun seperti ini rasanya kurang lengkap ya kalau tidak diselingi dengan aktivitas menonton film. Walaupun bioskop sudah mulai dibuka, kadangkala setelah mengecek daftar film yang sedang tayang saat ini, ternyata film-film tersebut tidak cocok dengan genre film yang kita sukai. Nah, ada rekomendasi satu film yang bakal cocok banget ditonton bersama keluarga nih. Judulnya adalah Five Feet Apart.

 

Dilansir dari imdb.com, film yang ditulis oleh Mikki Daughtry dan Tobias Iaconis serta disutradai oleh Justin Baldoni ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis bernama Stella Grant, diperankan oleh Haley Lu Richardson yang menderita Cystic Fibrosis (CF), salah satu penyakit pernapasan langka bawaan genetika yang menyebabkan paru-paru memiliki kelainan dalam produksi lendir yang berlebihan. Akibatnya lendir tersebut akan menyumbat kinerja organ tubuh lainnya misalnya hati, ginjal, dan lain sebagainya apabila tidak ditangani dengan baik. Sebagai salah satu pasien CF, Stella tidak akan menulari orang yang tidak mengidap penyakit ini. Namun, dapat menginfeksi orang lain yang menderita penyakit yang sama dengannya. Walaupun begitu, Stella adalah sosok yang begitu optimis. Hari ke hari, dia hidup dengan sangat baik, tanpa memperdulikan sakit yang diderita tubuhnya.

Di saat itulah, pertemuan Stella dengan pasien CF lain bernama Will Newman yang diperankan oleh Cole Sprouse membuat Stella merasa geram. Bagaimana tidak, berbeda dengannya yang selalu bersemangat menyambut hari baru, Will malah sebaliknya. Sebagai penderita CF yang diberikan kesempatan sebagai pasien ujicoba untuk obat baru yang akan menyembuhkan penyakit tersebut, Stella rasa Will harus lebih banyak bersyukur. Namun, lelaki itu hanya berpasrah, pesimis, bahkan tidak mau mengikuti prosedur pengobatan/perawatan yang diberikan di rumah sakit padanya. Perbedaan karakter dua sosok ini yang akan menjadi fokus alur dalam film ini.

Setelah pendekatan yang cukup lama, Stella dan Will pun akhirnya saling jatuh cinta. Namun timbul masalah baru, sebagai sepasang kekasih mereka tidak memungkinkan untuk saling berdekatan. Ada batas minimum yang wajib mereka patuhi agar tidak saling menulari satu sama lain yaitu sejauh enam kaki. Namun, jarak tersebut dipersempit lagi hingga sepanjang tongkat billiar yaitu lima kaki (five feet) yang akan selalu mereka bawa setiap berpergian bersama, untuk menjaga jarak antara keduanya.

Mungkin, setelah sekilas membaca sinopsis dari film Five Feet Apart ini Sobat OSC bakal teringat pada salah satu film lain yang mengangkat cerita romansa serupa antara dua orang pasien yang menderita penyakit yaitu The Fault in Our Stars. Akan tetapi, meskipun premisnya terdengar mirip, alur ceritanya jelas akan berbeda. 

Sejak pertama kali menonton, prolog yang disajikan film ini memang memberikan kesan awal yang kuat. Sebagai salah satu bentuk love language, physical touch bisa menjadi salah satu sarana seseorang menyampaikan kasih sayang yang mereka miliki untuk orang-orang tercinta. Sejak dilahirkan, sentuhan seolah menjadi komunikasi awal manusia bahkan sebelum kita mulai belajar berbicara. Sebab lewat sentuhan, kita bisa memberikan perlindungan agar diri terasa aman dan nyaman, juga untuk menyalurkan kehangatan. Misalnya ketika dahulu kecil, pelukan ayah dan ibu selalu jadi tempat ternyaman. Ketika kita jatuh dari sepeda, ketika baru saja mendapat hadiah bahkan ketika berhasil menjadi juara kelas, kita pertama kali akan lari ke dalam pelukan mereka. Dalam dekapan dan rengkuhan erat yang selalu kita dambakan. Bahkan setelah kita tumbuh dewasa, kapanpun kita merasa sedih dan ketakutan, terkadang yang kita butuhkan hanyalah pelukan dari orang tersayang. Sesederhana itu. Namun, Stella sejak kecil tidak bisa mampu untuk itu.

"Human touch. Our first form of communication. Safety, security, comfort, all the gentle caress of a finger. Or the brush of lips on a soft cheek. It connects us when we're happy, bolsters us in times of fear, excites us in the times of passion and love. We need that touch from the one we love, almost as much as we need air to breathe. But i never understood the importance of touch. His touch. Until i couldn't have it."

Kisah Stella dan Will yang berjuang dalam melawan sakit dan hidup mereka serta kasih sayang di antara keduanya sukses membat penonton menitihkan air mata. Kalau di bagian awal-awal kalian bakal senyam-senyum dan ketawa tanggung karena chemistry para tokohnya, sebaliknya nanti menjelang akhir ujung-ujung matamu pasti memanas. Hingga tidak sanggup lagi membendung air mata yang hendak berjatuhan. Karena selain menghangatkan hati, cerita ini juga berhasil menimbulkan isak tangis dan membuat kita merasa bersyukur akan hidup yang kita miliki. Kita yang masih leluasa berdekatan dengan orang yang kita sayangi, mengenggam tangan dan memeluk mereka erat. 

Film ini mengajarkan kita untuk menyadari dan menghargai hidup lebih banyak dari kemarin-kemarin. Sebab kita manusia tidak pernah tahu sampai kapan akan diberi waktu oleh Tuhan. Jikalau sudah tiba pada batas takdir yang ditetapkan, kita jelas tidak dapat berkutik lagi. Oleh karena itu selagi masih ada kesempatan, lebih banyaklah habiskan waktu dengan mereka yang kamu sayangi dan perlakukan mereka dengan baik. Beri mereka peluk terhangat yang kamu miliki agar nanti tidak peduli ada atau tidak ada kamu di samping mereka, kenangan yang kamu miliki akan tersimpan lekat dalam ingatan dan hati mereka.

Kalaupun selama kamu hidup kamu merasa tidak mendapatkan sesuatu yang selama ini kamu dapatkan, sekali lagi tidak pernah ada alasan untuk menyerah. Ketika segala hal berjalan tidak baik-baik saja karena kamu selalu kehilangan apapun yang berada dalam genggaman, pikirkan seberapa banyak kamu menerima kebahagiaan sejauh ini. Oleh karena itu, teruslah hidup. Tidak peduli seberapa kencang badai yang menghantammu hingga kamu jatuh dan merasakan sakit yang luar biasa. 

"Don't think about what you've lost. Think of how much you have to gain. Live, Stella."

Ada banyak sekali raga diluar sana yang berjuang mati-matian untuk sesuatu yang kita sebut hidup. Anugerah yang bahkan masih sering kita sia-siakan. Mereka yang bahkan butuh alat bantu sekedar untuk berjalan dan bergerak. Mereka yang mengonsumsi berbagai jenis obat meskipun mereka tidak ingin demi hembusan napas yang hendak mereka rasakan. Mereka yang mengikuti puluhan prosedur kesehatan yang tidak mudah hanya untuk memastikan jantung masih bisa berdetak selama beberapa saat kedepan. Bahkan mungkin, jutaan raga lain yang sudah bersemayam di bumi memilih untuk hidup lagi jika diberikan kesempatan kedua. Maka dari itulah, jangan pernah sia-siakan hidup. 

"This whole time i've been living for my treatments. Instead of doing my treatments so that i can live. And i wanna live."

Selain chemistry para pemeran yang begitu apik, alur cerita yang menarik, juga visual dan scoring yang standar, Five Feet Apart juga diiringi oleh alunan melodi yang turut serta dalam membuat suasana menjadi hangat dan dekat. Misalnya soundtracknya berjudul "Dont Give Up on Me" yang dilantunkan oleh Andy Grammer berikut ini.

Lirik pada bagian reff lagu ini benar-benar memiliki makna yang dalam. Menimbulkan percikan semangat agar tidak menyerah terhadap hidup, entah seberapa berat masalah yang kamu hadapi.

'Cause I'm not givin' up

I'm not givin' up, givin' up

No not yet

Even when I'm down to my last breath

Even when they say there's nothin' left

So don't give up on...

 

I'm not givin' up

I'm not givin' up, givin' up

No not me

Even when nobody else believes

I'm not goin' down that easily

So don't give up on me

Lagu ini bakal memotivasi dan menginspirasi Sobat OSC untuk tetap berjuang untuk apapun yang teman-teman inginkan. Kita berhak bermimpi. Untuk apapun itu, tidak peduli darimana kita berasal dan sepelik apa hidup kita hari ini, kita berhak bermimpi. Sesuatu yang benar-benar kita inginkan. Sesuatu yang jelas tidak mudah kita gapai. Sesuatu yang kita tahu pasti, jikalau kita ingin memilikinya, butuh perjuangan dan waktu yang tidak sebentar. Mimpi juga tidak selalu berwujud besar. Bisa jadi mimpi kita adalah hal-hal sederhana yang seringkali disepelekan orang-orang. Seperti Stella misalnya, mimpinya adalah hidup. Karena dalam salah satu novel yang pernah saya baca, ada kutipan bagus mengenai kehidupan yang perlu kita cerna baik-baik. Bunyinya, "Sometimes even to live is an act of courage". Dan kita juga berhak mewujudkannya dengan cara kita sendiri. 

Itulah sekilas mengenai film Five Feet Apart, sobat OSC! Gimana nih pada tertarik ngga untuk menonton filmnya? Mungkin sekian dulu artikel dari saya. Sekian dan terima kasih. 

"Survival is the celebration of choosing life over death. We know we're going to die. We all die. But survival is saying : perhaps not today. In that sense, survivors don't defeat death, they come to tems with it." -Laurence Gonzales

Referensi :

imdb.com

Google.com

Sumber Gambar :

blogspot.com

Pinterest.com

Ficquotes.com

azmovies.net

reviewstl.com

  886 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts