Menyembuhkan Luka Masa Lalu
Di-bully, disakiti, dilecehkan, diperlakukan kasar, merasa tidak dianggap, dan segala macam trauma masa lalu entah diwaktu kecil belia, ketika remaja bahkan ketika telah dewasa. Reaksinya pun beragam mulai dari acuh tak acuh bak angin lalu, sedikit depresi, gangguan mental, hingga bunuh diri.
Dari sekian banyak post trauma syndrome, satu yang paling besar pengaruhnya dalam kehidupan seseorang yang mengalaminya adalah trauma masa kecil. Bisa jadi perlakuan orang tua/ saudara yang tidak menyenangkan, dimarahi, dipukul, diancam. Sampai trauma diluar rumah, korban praktik perundungan oleh teman bahkan guru yang selalu menekan dan memaksa siswa melakukan hal diluar kemampuan siswa.
Mungkin bagi sebagian orang hal ini dianggap biasa, hal sepele, anggapan bahwa hal semacam ini merupakan bagian dari proses pendewasaan. Pertanyaan saya, proses pendewasaan macam apa yang metodenya menekan mentalitas seseorang?
Beruntung jika kamu yang dahulu pernah melewati masa seperti ini sekarang masih hidup dan pikiranmu masih waras. Namun, bisa jadi trauma itu masih selalu membayang dalam pikiran, sehingga kamu tidak berani untuk melangkah keluar dari persembunyian, hidup dengan sesungguhnya hidup, tanpa perlu berpikir "toh nanti juga mati sendiri buat apa membuka diri terhadap orang lain" semua itu hanya karena dorongan pikiran “gw takut”.
Stop
Disinilah kamu harus menyembuhkan luka masa lalu itu.
Tapi gimana? susah, udah nancep dalam otak gw.
I know, it’s hard, and it’s would be tougher if you want to fight it, but
Mulailah dengan menerima kenyataan.
Terima segala perlakuan orang, tuduhan dan tudingan mereka terhadap diri kamu, karena belum tentu begitu adanya. Kenyataannya dengan segala perlakuan dan tudingan tadi hari ini kamu masih survive, you must proud of yourself. Tidak masalah di masa lalu kamu hancur berantakan tapi jangan sampai hancur lagi dihari esok.
Maafkan
Ini sulit, sangat sulit bahkan, membayangkannya saja saya sudah menyerah duluan, why? Terlalu benci, sakit hati banget. Bertumpuk, terpendam bertahun-tahun, muncullah sakit jiwa bernama "dendam".
Cuma, buat apa sih mendendam? Jadinya kamu malah merasa was-was, mudah mencurigai orang lain yang bahkan ga mau tahu siapa kamu dan yang paling jelas kamu jadi kurang produktif. Lho apa hubungannya saya yang tidak mau memaafkan orang dengan saya menjadi kurang produktif?
Saya contohkan, kamu secara tidak sengaja bertemu kembali dengan orang yang waktu kecil sering ngebully kamu, setelah itu kamu uring-uringan, ketika sedang bekerja kepikiran, ga fokus, pekerjaan ga selesai atau kalaupun selesai hasilnya ga maksimal, dimarahi bos, tambah satu lagi kebencian ke orang lain yaitu bos dan begitu seterusnya. Terus mau dibawa kemana itu dendam? Ini hanya contoh kecil, kamu bisa menakar trauma kamu sendiri dan efek trauma itu seperti apa buat diri kamu.
Memaafkan ini ga mulu selayaknya hubungan yang renggang tadi sekonyong-konyong menjadi baik kembali. Setidaknya kamu tidak lagi menganggap hal tadi sebagai trauma namun sebagai sesuatu yang tidak pada tempatnya saja, sehingga suatu saat pasti bisa diperbaiki. Juga yang paling penting dengan memaafkan kamu melepaskan beban, trauma, ketakutan kamu di masa lalu sehingga ga terus-menerus menyesali hal-hal yang jelas sudah lewat dan takkan kembali itu.
Tak kalah penting, memaafkan ini objeknya tidak selalu orang lain tapi kamu harus juga memaafkan diri kamu sendiri.
Menguatkan “si masa lalu” itu.
The most important thing. Jika kamu pernah diperlakukan tidak menyenangkan di masa kecil akan ada satu bagian dari diri kamu yang selalu berada di masa itu, tidak move on. Biasa disebut "anak dalam diri". Singkatnya, sifat dan kepribadian kanak-kanak yang memang secara frontal bersinggungan dengan trauma masa lalu itu. Ajaklah anak dalam diri ini berbicara, bilang bahwa sekarang kamu sudah besar, kamu sudah bisa menjaga, melindungi anak dalam diri itu, sehingga kamu ga bakal biarin
previous post
7 Langkah kecil untuk meredakan emosi