Menyiapkan Mahasiswa yang Kritis dan Tanggap Menghadapi ERA SOCIETY 5.0

Berpikir Kritis

Menurut Kozma (Pratiwi,2012) keterampilan berpikir kritis dapat menambah kemampuan mahasiswa saat menjelaskan materi diskusi. Pembelajaran dalam dunia perkuliahan erat dengan diskusi-diskusi yang membentuk mahasiswa untuk terbiasa berpikir kritis. Salah satu universitas yang membiasakan mahasiswa untuk berpikir kritis adalah Universitas Kristen Satya Wacana. Ennis (1985) berpendapat bahwa berpikir kritis sangat melibatkan kemampuan pembuatan keputusan yang rasional, tentang apa yang harus dilakukan dan dipercaya. Varaki (2006) juga mendefinisikan berpikir kritis adalah aktivitas mental saat menilai suatu pernyataan serta membuat suatu keputusan yang dapat mengarahkan pada apa yang dapat dipercaya dan apa yang akan dilakukan. Oleh sebab itu erpikir kritis dipandang sebagai proses. Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan. Pengembangan kemampuan berpikit kritis ini adalah hal utama yang harus diperhatikan dan diimplementasikan pada setiap aktivitas akademik mahasiswa, sebab proses pendidikan tidah hanya akan berorientasi pada hasil semata. Kemampuan berpikir kritis dapat diimplementasikan melalui aktivitas organisasi kemahasiswaan sebagai tempat mahasiswa untuk mewujudkan kebebasan berserikat dan berkumpul.

Society 5.0

Santoso (2019) menyatakan bahwa society 5.0 merupakan masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan dengan menemukan solusi yang terbaik untuk memecahkan persoalan tersebut. Masyarakat dapat memecahkan masalah tersebut dengan bantuan inovasi era 4.0 seperti Internet of Things, Artifical Intelligence, Big Data, bahkan roboy untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Masyarakat semakin dituntut untuk menyelesaikan berbagai tantangan dengan teknologi-teknologi yang telah tercipta di lingkungannya.

Fukuyama (2018) menyatakan bahwa tujuan Society 5.0 untuk mewujudkan suatu masyarakat yang bisa menikmati hidup dan mengalami kemakmuran suatu negara dengan adanya teknologi-teknologi yang dapat membantu meringankan tugas-tugas mereka. Society 5.0 adalah langkah yang bisa ditempuh setiap negara agar dapat membangun masyarakat yang humanistik dengan berbagai teknologi yang canggih dan juga harus diikuti oleh sumber daya manusia yang tanggap dan mampu berpikir kritis agar terjalin keseimbangan dalam memaksimalkan aktivitas sehari-hari.

Pentingnya Critical Thinking bagi Mahasiswa dalam menghadapi Society 5.0 di Era New Normal

            Peningkatan implementasi berpikir kritis perlu dilakukan dalam setting pendidikan terutama di perguruan tinggi agar dapat meningkatkan performa akademik para mahasiswa. Berpikir kritis dapat mendukung global society. Berpikir kritis dapat membantu para mahasiswa untuk bisa sukses serta maju dalam dunia global diantaranya membuat kolaborasi, kreatifitas, inovasi dan pemecahan masalah.

            Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan untuk menyiapkan para generasi penerus bangsa dengan baik adalah melalui pendidikan yang menjadi sebuah ujung tombak untuk membentuk pola pikir mahasiswa yang dapat bijaksana saat menyelesaikan masalah. Selain itu pola pembelajaran di kelas juga sudah seharusnya mengeksplorasi keterampilan berpikir kritis agar bisa memberikan kesempatan pada setiap mahasiswa untuk bisa menganalisis dan berdiskusi mengenai mata pelajaran atau ilmu yang diterima lalu bisa dikomunikasikan dan diimplementasikan. Mahasiswa harus bisa memikirkan bagaimana membuat pemecahan masalah melalui teknologi-teknologi yang ada disekitarnya. Apabila selama masa new normal, mahasiswa dapat memecahkan sebuah studi kasus secara online.

Strategi Menyiapkan mahasiswa berpkir kritis dan tanggap

Organisasi kemahasiswaan berperan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi setiap mahasiswa, sebab pada dasarnya pemimpin wajib memiliki cara berpikir kritis yang radikal dan komprehensif. Penulis sebagai mahasiswa sempat mengalami tahapan perkuliahan dari masa orientasi kampus, diskusi dengan kelompok, latihan dasar kememimpinan dan kerja kelompok yang semuanya itu didasari pada berpikir kritis. Pada saat masa orientasi, materi yang disampaikan berkaitan dengan berpikir kritis. Setelah memahami materi tersebut, tidak lama penulis menerapkannya saat sedang berdiskusi kerja kelompok maupun saat melaksanakan latihan dasar kepemimpinan.

Keterampilan berpikir perlu dilakukan dan dikembangkan pada diri mahasiswa agar mahasiswa bisa menjadikan hidupnya lebih baik lagi. Penulis telah mengalami aktivitas-aktivitas yang berkaitan erat dengan berpikir kritis sehingga semakin sering penulis melakukan aktivitas berpikir kritis, penulis mampu mengasah kemampuan mengkaji, menganalisis dan mengidentidikasi akar permasalahan yang terjadi hingga menemukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Ketika dalam suatu organisasi seperti organisasi kepemimpinan, penulis aktif untuk menuangkan gagasan dan menyikapi hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat idealisme. Dengan bergabung bersama organisasi kepemimpinan tersebut, penulis menjadi lebih peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Penulis dan para anggota lainnya tidak hanya akan cerdas secara akademik, namun juga cerdas saat membaca situasi dan memecahkan persoalan kehidupan, sebab mahasiswa harus mampu menjalankan tridarma perguruan tinggi yang seimbang seperti pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama dalam organisasi tersebut memberikan dampak terhadap perkembangan kemampuan dan keterampilan berpikir krisis. Pengalaman belajar dalam organisasi kepemimpinan mendorong mahasiswa untuk memiliki keterampilan nalar-kritis yang maksimal sehingga nantinya akan lahir pula para sarjana yang tidak hanya cerdas akademik, namun cerdas dalam memecahkan persoalan disekelilingnya.

Selama masa pandemi dan memasuki era new normal, aktivitas dan kegiatan organisasi seperti rapat dan beragam event belum bisa diadakan secara offline secara keseluruhan. Namun kami membuat agenda event dan rapat yang dapat diikuti secara offline dan online. Kami memanfaatkan teknologi seperti zoom, google meet, ppt yang interaktif serta teknologi lainnya. Permasalahan pandemi ini tidak akan menghalangi kami untuk berorganisasi, sebab para anggota organisasi mampu berpikir kritis dan memecahkan suatu masalah dengan menggunakan teknologi yang ada. Bahkan saat ini, para anggota organisasi tidak hanya akan membuat suatu perkumpulan melalui zoom atau google meet saja, namun organisasi juga akan membuat suatu perkumpulan dengan memanfaatkan teknologi metaverse.

Pembelajaran hybrid di era new normal

Selama masa pandemi, menteri pendidikan memang meminta agar pembelajaran dilakukan secara daring. Namun semenjak masa new normal, beberapa intitusi pendidikan menerapkan sistem pembelajaran Hybrid dimana mahasiswa tidak harus belajar di ruang kelas melainkan bisa mengikuti pembelajaran dimanampun. Pembelajaran sistem hubrid memberikan peluang bagi mahasiswa untuk bisa mendapatkan informasi mengenai pembelajaran yang lebih luas dengan memanfaatkan teknologi disekelilingnya. Meski demikian, mahasiswa tetap kehilangan hidden curiculum sehingga pembelajaran dengan sistem hybrid ini perlu dibuatkan perencanaan yang baik agar hal-hal positif dapat diperoleh mahasiswa saat pembelajaran. Pembelajaran hybrid adalah pembelajaran tatap muka dimana pembelajaran ini menggabungkan pendekatan berbasis komputer dan berbasis online. Proses pembelajaran hybrid sudah sepatutnya turut mengedepankan keterampilan berpikir kritis sehingga pembelajarannya tidak hanya isinya memahami teori atau materi saja namun para mahasiswa nantinya bisa menganalisis setiap hal yang relevan dengan materi dan teori-teori yang telah dipelajari. Selama masa pandemi Covid-19 dan memasuki era new normal, pengajar diharapkan bisa merangsang pemikiran mahasiswa untuk dapat memunculkan pertanyaan yang berkualitas dengan cara pengajar menerangkan materi dengan bahan ajar yang inovatif dan kreatif. Bahan ajar harus sesuai dengan karakteristik mahasiswa agar dapat mengoptimalkan keterampilan berpikir kritis para mahasiswa.

By Gracelia Audriana Dewi