Jika kita berbicara tentang Madiun, identitas yang pertama kali muncul pasti nasi pecel. Lalu, identitas kedua yaitu peristiwa yang terjadi pada tanggal 18 September 1948. Ya, peristiwa itu adalah pemberontakan PKI. Peristiwa pemberontakan PKI terukir jelas dalam sejarah bangsa Indonesia.
Peristiwa pemberontakan PKI pada tahun 1948 dipimpin oleh Muso. Latar belakang terjadinya pemberontakan ini yaitu ketidakpuasan terhadap hasil perundingan Renville yang dianggap merugikan sehingga kabinet Amir Sjarifuddin dilengserkan. Partai Komunis Indonesia protes karena kehilangan posisi pemerintahan dan menganggap kiprah partai serta perjuangan ideologi komunisme mereka terancam gagal sehingga mereka menghimpun diri dalam naungan FDR (Front Demokrasi Rakyat) dan memusatkan komando di Madiun. Kemudian, Muso mendeklarasikan berdirinya “Pemerintahan Soviet Republik Indonesia” dengan dukungan dari Amir Sjarifuddin hingga akhirnya pecah konflik bersenjata yang kemudian dikenal dengan pemberontakan PKI 1948.
Oleh karena itu, untuk mengingat peristiwa PKI tahun 1948 atau dikenal juga dengan Peristiwa Madiun, dibangun sebuah monumen yang diberi nama Monumen Kresek. Nama monumen ini diambil dari lokasi berdirinya yaitu di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Monumen ini diresmikan pada tanggal 10 Juni 1991 oleh Gubernur Jawa Timur pada masa itu yaitu Soelarso. Monumen ini berjarak ±15 km ke arah timur dari pusat Kota Madiun atau sekitar 30 menit jika berkendara.
Monumen Kresek dibangun di atas lahan seluas ±2,5 hektar dimana monumen utama terletak paling atas yang dilengkapi anak tangga. Monumen tersebut digambarkan dengan dua orang yaitu salah seorang dengan senjata tajam disebut-sebut sebagai Muso dimana menjadi pemimpin pemberontakan PKI pada saat itu. Sedangkan seorang lainnya yang berlutut disebut-sebut sebagai Kyai Hussen dimana menjadi anggota DPRD Kabupaten Madiun sekaligus ulama yang berpengaruh pada saat itu.
Di belakang monumen utama, terdapat ukiran berupa kata persembahan oleh Gubernur Soelarso saat monumen diresmikan. Selain itu, juga terdapat relief yang menggambarkan peristiwa yang terjadi pada pemberontakan PKI pada tahun 1948. Di halaman sebelah selatan area monumen, terdapat prasasti yang bertuliskan korban-korban kekejaman PKI yang gugur di Desa Kresek. Terdapat salah satu korban bernama Kolonel Marhadi yang namanya diabadikan menjadi nama jalan di Kota Madiun serta dibangun patung Kolonel Marhadi yang menjadi landmark khas alun-alun Kota Madiun.