‘Ngludah’ Sembarangan Itu Tuna SS

Pernahkah Sobat OSC melihat atau mengalami kejadian seperti yang dialami narasumber saya berikut? Kisah ini terjadi di sekitar tahun 2019, sebelum pandemi Coronavirus melanda.

Pak Robert merupakan seorang pendidik yang mengajar di salah satu sekolah vokasi swasta. Beliau punya kebiasaan unik, mengamati aktivitas dan perilaku orang-orang di sekitarnya. Mulai dari murid hingga tidak pernah luput dari tatapan dan amatannya.

Suatu hari, saat dia menuju kelas untuk mengajar, dia melihat banyak murid dan beberapa guru berjalan pelan menyusuri selasar dan menapaki setiap anak tangga. Ada hal yang membuat Pak Robert tertegun, yaitu ketika salah satu guru yang berjalan di depannya seperti tanpa beban membuang ludah tepat di salah satu anak tangga.

“Saya tertegun, benar-benar tertegun. Di belakang kami, tak lebih dari 2 meter, ada toilet yang meski tidak mewah tapi tetap menjadi tempat paling layak untuk membuang ludah. Apalagi saat itu jelas toilet tidak terpakai. Sulit untuk menduga dia tidak tahu, lebih mudah menduga dia tidak punya budaya itu," ujar Pak Robert.

Dia kemudian mengatakan bahwa ‘ngludah’ sembarangan bukan monopoli kalangan tertentu. Salah satunya seperti pengalaman yang ditemuinya di lingkungan sekolah itu, di mana ludah dibuang lewat mulut seorang guru, yang mestinya paham betul akan keteladanan kebersihan. Dia sangat prihatin atas perilaku guru seperti itu. “Itu contoh orang berpendidikan, tetapi tidak berbudaya," ujarnya.

Di penghujung sesi wawancara, dia menegaskan untuk tidak meludah sembarangan, karena itu tidak berbudaya. Itu adalah kebiasaan buruk dan siapa pun tidak patut melakukannya.

Kisah ini menjadi refleksi bagi kita bahwa ternyata tidak mudah membiasakan hidup bersih dan sekaligus laku sopan santun. Kita bisa belajar dari budaya hidup bersih masyarakat Jepang. Di sana, untuk mencari tempat sampah atau toilet umum memang tidak mudah. Mengapa demikian? Karena aktivitas terkait toilet dan sampah dikategorikan menjadi ranah private, sehingga setiap individu mesti mempersiapkannya sendiri dengan matang.

Artinya, selain berisiko terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan, kebiasaan meludah sembarangan adalah bentuk rendahnya pemahaman dan laku sopan santun dalam diri pelakunya.

Meludah Itu Tentang Kesantunan

Meludah merupakan bagian dari metabolisme tubuh manusia. Ia akan berjalan secara alami. Namun, bagaimana dan di mana kita meludah adalah bagian dari laku sosial kita. Ada laku kesopanan dan kepantasan di dalamnya. Maka, mereka yang meludah sembarangan dapat dikategorikan sebagai individu yang tuna sopan santun.

Ada hal-hal etik yang bisa dilakukan saat kita ingin meludah. Pertama, hindari meludah sembarangan, apalagi di tempat umum yang ramai. Jika kalian berada di tempat umum dan ingin meludah, gunakan tisu tebal, bungkus rapi, dan buang ke tempat sampah. Setelah itu gunakan handsanitizer untuk membersihkan tangan. Dan jika memungkinkan, carilah di toilet atau wastafel dan meludahlah di sana.

Mungkin saja di sekitar Sobat OSC ada kejadian-kejadian yang sama atau serupa dengan yang dialami Pak Robert. Mungkin saja tidak dilakukan oleh anak-anak, tapi orang dewasa bahkan tua. Adalah kewajiban kita semua untuk tidak diam saja.

Kebersihan adalah buah dari pembiasaan baik. Laku sopan dan santun pun dibentuk dari kedisiplinan dan upaya saling peduli. Justru karena meludah adalah aktivitas private, maka ia mestinya tidak mengganggu aktivitas dan kebutuhan publik.

 

Referensi: Narasumber Robert Anang | Halodoc | Sehatq

  233 Views    Likes  

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MODEL KOLB DAN MODEL GROUP INVESTIGATION

previous post

Pelantikan Bantara Pramuka: Membangun Generasi Berkarakter
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MODEL KOLB DAN MODEL GROUP INVESTIGATION

next post

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MODEL KOLB DAN MODEL GROUP INVESTIGATION

related posts