Pentingnya Bahasa Kasih Agar Terus Langgeng Dengan Pasangan

Pernah nggak sih, nggak ada hujan nggak ada angin tiba-tiba aja pikiran ini merenung dan menggali sendiri kepahitan yang ada di masa lalu?  Orang zaman sekarang sih menyebutnya ‘galau’.  Tapi berkat adanya waktu-waktu merasakan gundah gulana ini, setidaknya sebagian dari diri kita bisa melakukan introspeksi diri mengenai hubungan yang telah kandas dan bagaimana kita bisa memperbaiki diri (ciaaaa).

 

Setelah saya pikir-pikir lagi, seharusnya sebelum berkomitmen untuk menjalin hubungan, dari awal sudah harus ada precaution dari tiap-tiap orang untuk pasangannya.  Ya, menjalin hubungan itu kurang lebih bisa disamakan dengan menerima paket yang isinya sebuah perabot.  Sebelum menikmati perabot itu, kita akan menemukan bagian-bagian perabot yang belum dirangkai, mur dan baut, serta kertas instruksi perakitan.  Nah, sebelum mulai berkomitmen untuk membangun perabot itu, sebaiknya jangan langsung mulai bekerja, tetapi baca dulu kertas instruksinya.

 

Kertas instruksi yang saya maksud di sini adalah pribadi mengenai pasangan masing-masing dan diri sendiri.  Rasanya, lebih baik kita sudah mengetahui beberapa hal tentang pasangan kita daripada kaget sendiri ketika menjalani hubungan dan menemukan hal-hal yang tidak terduga.  Jadi, baiknya dua sejoli ini duduk dulu dan berdiskusi mengenai ‘kertas instruksi’ yang akan dibaca oleh masing-masing.

 

Selain berisi peringatan dan anjuran, kertas instruksi ini sebaiknya berisi rincian jelas mengenai bahasa kasih masing-masing.  Tidak cukup kalau hanya memberi tahu pasangan kita mengenai apa yang kita suka dan apa yang tidak kita suka.  Pemahaman mengenai bahasa kasih itu menurut saya sangat penting, dan kalau ada mutual understanding mengenai bahasa kasih masing-masing, setidaknya dapat meminimalisir potensi terjadinya keributan dan perselisihan di masa yang akan datang.

   

#1 Pahami bahasa kasih diri sendiri terlebih dahulu

Seorang penulis buku dan penyiar radio bernama Gary Chapman menulis buku berjudul The Five Love Languages pada tahun 1992.  Di buku ini, beliau menulis lima jenis bahasa kasih yang dimiliki oleh manusia.  Bahasa kasih itu terdiri atas: kata-kata penegasan (words of affirmation); waktu berkualitas (quality time); menerima hadiah (receiving gifts); tindakan pelayanan (acts of service); dan sentuhan fisik (physical touch).  Tipe-tipe bahasa kasih ini menunjukkan cara-cara manusia untuk merasa dihargai dan disayangi.  Kita harus tahu tindakan mana yang ingin kita terima serta mana yang ingin kita berikan secara sukarela.  Apakah kamu orang yang menghargai setiap surat yang pernah kamu terima dan mudah ingat dengan perkataan orang?  Bisa jadi bahasa kasihmu yang paling utama adalah kata-kata penegasan.  Atau, mungkin kamu tipe yang selalu menyimpan hadiah pemberian orang?  Atau, kamu orang yang gemar menyumbangkan tenaga untuk membantu orang lain?  Pemahaman mengenai diri sendiri sangat penting, jadi cari tahu dulu tipe bahasa kasihmu.

 

#2 Cari tahu persamaan dan titik tengah dengan pasangan

Setiap orang dapat menggunakan berbagai cara untuk menunjukkan rasa sayangnya.  Ini berarti, kamu tidak selalu jatuh pada satu tipe kategori bahasa kasih.  Kamu bisa membuat daftar tiga teratas bahasa kasih yang paling merepresentasikan dirimu.  Contohnya, seseorang bisa memiliki ‘sentuhan fisik’ sebagai bahasa kasih utamanya, diikuti dengan ‘tindakan pelayanan’ dan ‘kata-kata penegasan’.  Ada banyak tes yang bertebaran di internet yang bisa membantu menemukan urutan bahasa kasih versimu sendiri.  Nah, jika sudah punya daftarnya, sandingkan dengan daftar milik pasangan.  Temukan mana bahasa kasih yang sama-sama dimiliki.  Kalaupun ternyata bahasa kasih utamanya berbeda dengan bahasa kasih utama milikmu, setidaknya kamu tahu dan bisa menghargai doi setiap kali doi mengungkapkan rasa sayangnya.  Akhirnya, terjadilah mutual respect.  Contohnya, doi meluangkan waktu untuk menghabiskan quality time, ya kita bisa menghargai itu tanpa perlu ada pikiran macam “Ah, dia mah cuma lagi bosan nggak ada kerjaan aja makanya jalan sama aku.”  Hidup tanpa rasa curiga itu enak banget loh, serius.

 

#3 JIka memiliki batasan, komunikasikan dulu dengan pasangan Satu hal lagi yang perlu diingat, setiap orang memiliki batasan.  Dalam menjalin hubungan kasih, kita masih harus ingat bahwa ada kalanya pasangan atau bahkan kita sendiri sedang ingin sendiri dan dihargai kehidupan privatnya.  Nah, hal ini berhubungan juga dengan bahasa kasih.  Katakanlah ada seseorang yang bahasa kasihnya ‘kata-kata penegasan’, dan hal ini dinyatakan dengan cara komunikasi rutin menggunakan teks atau telepon.  Sedangkan hal tersebut tidak termasuk dalam bahasa kasih pasangannya.  Si pasangannya ini bisa membuat peringatan dulu, seperti “Yang, jangan kontak aku kalau masih jam kerja, ya.”  Peringatan dini ini yang bisa membuat kedua orang dalam suatu hubungan paham batasan masing-masing.  Begitu halnya dengan pengungkapan kasih, jika ada hal yang dirasa seseorang terlalu berlebihan, lebih baik komunikasikan daripada diam-diam dipendam.  Lebih baik jujur daripada menyimpan kepahitan yang ujung-ujungnya bisa jadi pemantik api untuk putus, hiks.

Yup, beginilah rasanya melakukan introspeksi diri dari cinta yang kandas.  Memang benar adanya kata pepatah itu, seseorang rasanya lebih bijaksana dan rasional setelah mencicipi pahitnya pergumulan hidup.  Semoga jika ada kesempatan lagi untuk memadu kasih, hal-hal ini bisa dilakukan terlebih dahulu, supaya tidak ada hati yang sedu, dan jangan sampai kisah kasih kita meredup.  Intinya, kita baru bisa membuka diri untuk memahami pasangan kita kalau kita sudah memahami diri sendiri terlebih dahulu.  Yuk, bisa yuk!

 

  202 Views    Likes  

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

previous post

Moralitas dan Etika Profesional dalam Menyongsong Generasi Pemimpin Masa Depan
Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

next post

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

related posts