Perang Topat, Simbol Kerukunan & Perdamaian Antar Umat Beragama Di Pulau Lombok

apa itu Perang? Umumnya, perang merupakan suatu peristiwa yang menyeramkan dan penuh dengan pertumpahan darah. Yang terbayang adalah nyawa, pertikaian, senjata, dan dendam. Namun, tidak dengan Perang Topat yang justru jauh dari kesan seram. Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, menyajikan tradisi perang yang jauh dari kesan menyeramkan, malah rasa damai justru muncul saat perang digelar. Semua kesan yang serba terbalik dari perang sesungguhnya sangat terasa saat Perang Topat berlangsung. Dari sumber yang pernah saya baca, Tradisi Perang Topat ini lahir sekitar tahun 1500-an. Saat agama Hindu dan Islam masuk dan berkembang di Pulau Lombok secara bersamaan, kalian bisa bayangkan keadaan pada masa itu pasti banyak sekali perselisihan dan konflik yang terjadi antar kedua agama tersebut. Namun, dengan adanya tradisi perang Topat, potensi konflik dapat diredakan. Perang Topat adalah tradisi masyarakat Lombok, khususnya masyarakat yang berada di daerah Lingsar. Sebenarnya Perang Topat merupakan simbol akulturasi damai antara kebudayaan Hindu Bali dengan kebudayaan Islam Sasak.

Tradisi Perang Topat berlangsung di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Berdasarkan cerita turun-temurun, perang topat bermula dari konflik yang berubah menjadi damai. Menurut cerita, pada masa itu pembangunan Pura sebagai tempat ibadah umat Hindu mendapat penolakan dari umat Islam. Maka terjadilah ketegangan di antara kedua umat yang berujung pada keputusan untuk berperang. Di tengah ketegangan yang hampir berujung pada perang fisik. Sebagai ekspresi damai antar dua kelompok, perang fisik digantikan dengan perang topat. Semenjak saat itu tradisi perang topat dilaksanakan setiap tahun untuk membina pentingnya hidup rukun antar umat Hindu dengan umat Islam. Perang Topat pada substansinya, ingin menguatkan tali persaudaraan, menguatkan silaturahmi diantara berbagai macam unsur yang ada di masyarakat, khususnya masyarakat Hindu dengan masyarakat Islam.

Tradisi perang topat dilaksanakan setahun sekali, yakni setiap bulan Desember. Sebelum perang, masyarakat disana melakukan serangkaian persiapan. Adapun rangkaian perang topat diawali dengan berbagai persiapan yakni, pada malam hari, ibu-ibu dari masing-masing lawan mempersiapkan, membuat dan memasak ketupat. Yang nantinya ketupat ini digunakan sebagai senjata perang. Ketupat yang dibuat berukuran kecil, sengaja dibuat demikian agar tidak sakit ketika mengenai lawan.

Keesokan harinya, kedua lawan berkumpul di titik yang telah ditentukan. Umat Hindu berkumpul di halaman Pura Gaduh, sedangkan umat Islam berkumpul di halaman bangunan Kemaliq. Berbagai kesenian ditampilan untuk mengiringi prosesi ini, seperti gendag beleq dan tarian batek baris.

Secara simbolis saling lempar ketupat dimulai ketika tokoh yang dihormati dari kedua belah pihak melempar ketupat untuk pertama kalinya. Perang pun pecah. Masing-masing kubu saling mengintai sasaran. Riuh tawa tak terhindarkan. Cahaya kebahagian jelas terpancar dari wajah kedua kubu yang berperang. Tidak ada air mata yang menetes. Tidak ada tubuh yang terluka. Tidak ada darah yang tumpah. Tidak ada nyawa yang dikorbankan. Yang ada hanyalah kecerian, sorak-sorai, canda dan tawa antara kedua kubu yang sedang mengikuti perang topat.

Setelah selesai perang topat, warga akan memungut sisa-sisa ketupat untuk dibawa pulang. Ketupat sisa perang topat akan dibuang ke sawah. Warga disana percaya, ketupat sisa perang akan menyuburkan tanah mereka. Ritual budaya Perang Topat juga merupakan suatu upacara ritual yang merupakan pencerminan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kemakmuran dalam bentuk kesuburan tanah, air hujan dan hasil pertanian melimpah.

Jadi, Perang Topat bukan perang sungguhan, melainkan sebuah tradisi masyarakat Lombok Barat yang sudah berlangsung ratusan tahun. Tradisi ini menceritakan kedamaian masyarakat Lombok Barat saat mempraktikkan hidup dalam keberagaman. Islam dan Hindu menyatu tanpa ada gesekan dan konflik, yang muncul justru tradisi Perang Topat yang lestari hingga sekarang. Perang Topat adalah salah satu contoh keunikan dan kekayaan budaya daerah Lombok yang memiliki makna mendalam dalam memupuk kebersamaan di tengah keberagamaan negeri ini. Perang topat adalah satu-satunya perang di dunia yang membawa kedamaian. Semoga dari Perang Topat ini terwujud sebuah prosesi budaya, refleksi keharmonisan dan kedamaian di muka bumi serta semoga menjadi sebuah panutan bagi seluruh umat yang beranekaragam budaya dan dengan keyakinannya yang berbeda-beda agar dapat tercipta keharmonisan yang sesungguhnya di Negara Indonesia.

Sumber Gambar : www.wartantb.com

  420 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts