Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas kepala keluarga dan anggota keluarga yang umumnya didalamnya berisi bapak, ibu dan anak dalam keadaan saling bergantung satu sama lain. Sejauh ini, keluarga memiliki peran penting bagi orang-orang di masa hidup mereka, apalagi untuk anak-anak yang interaksi sosial awalnya dimulai antara anggota keluarga.
Lingkungan anak dibesarkan sangat berpengaruh pada perkembangan intelektual, fisik, sosial, dan emosional mereka. Mereka menekankan bahwa dampak pada masa kecil mereka mungkin akan terus berlanjut bahkan setelah mereka tumbuh dewasa dan mengalami banyak perubahan.
Setiap keluarga terkadang memiliki perbedaan dalam banyak hal seperti etnis dan budaya adalah dua perbedaan penting yang sangat berdampak pada kepercayaan, praktik, dan nilai-nilai keluarga.
Etnis merupakan kelompok sosial yang mempunyai tradisi yang berdasarkan kebangsaan, Bahasa, agama, dan budaya yang diturunkan dari nenek moyang. Setiap keluarga meneruskan etnis mereka melalu tadisi keluarga mereka sendiri. Sedangkan, budaya ialah pengalaman unik dari kelompok etnis yang menggunakan adat istiadat, Bahasa, seni, Lembaga sosial, dll. Oleh karna itu, gaya komunikasi antara orang tua dan anak-anak dapat sangat berbeda di antara berbagai budaya, yang berarti apa yang dianggap sebagai cara interaksi yang dapat diterima dalam suatu budaya dan dalam konteks budaya lain.
Hal ini, konteks budaya masyarakat berpotensi dapat membantu untuk memprediksi perbedaan gaya pengasuhan yang mendominasi dalam masyarakat itu dan untuk memahami mengapa perbedaan in terjadi.
Klasifikasi Gaya Pengasuhan
Menurut Darling dan Steinberg, gaya pengasuhan anak adalah sikap terhadap anak yang dikomunikasikan kepada anak dan menciptakan iklim emosional di mana perilaku orangtua diungkapkan. Adapun tiga kategori utama gaya pengasuhan, yaitu:
Otoritatif. Orang tua yang otoritatif berkomitmen tanpa syarat kepada anak-anak mereka. Mereka menghormati pendapat dan kemandirian anak, mereka juga memberi dukungan kepada anak. Pola asuh ini dipercaya sebagai pola asuh yang paling efektif untuk menumbuhkan tanggung jawab sosial, rasa harga diri, kepercayaan diri dan kemampuan anak untuk melewati tantangan dalam konteks akademik dan lainnya. Otoriter. Orang tua yang ototiter memberikan control yang kuat dan tinggi terhadap anak, dan meminta mereka untuk menjadi sangat responsive terhadap tuntutan mereka, dengan artian anak harus mengikuti apa kata orang tua. Permisif. Orang tua yang permisif ingin membiarkan anak mereka mengendalikan kegiatan mereka sebagai kemauan mereka, berharap sedikit dari anak dan tidak banyak menuntut mereka.
Pengaruh Budaya pada Pola Asuh Anak
Vygotsky menunjukkan bahwa pengetahuan manusia berakar pada budaya, yang berarti sebagian besar apa yang diketahui anak-anak berasal dari keluarga mereka, seperti cara berdiri dan berjalan, makan makanan, dan bagaimana berperilaku baik di tempat-tempat umum. Pada banyak kesempatan, perilaku anak-anak sebagian besar didasarkan pada harapan dan tuntutan orang tua mereka. Nilai-nilai dan cita-cita suatu budaya diturunkan ke generasi berikutnya melalui praktik pengasuhan anak. Oleh karena itu, anak-anak dalam konteks budaya yang berbeda dapat dikembangkan oleh orang tua mereka untuk berperilaku berbeda. Dalam hal ini, perlu untuk mempertimbangkan pentingnya budaya ketika mengevaluasi perilaku pengasuhan anak.
Jauh lebih tepat untuk memeriksa gaya pengasuhan dan artinya dalam konteks budaya. Budaya berteori untuk memberikan makna yang berbeda terhadap perilaku (misalnya, pengasuhan anak) dan memiliki efek yang berbeda pada anak-anak dan remaja di berbagai budaya yang berbeda". Penelitian menyebutkan bahwa anak-anak akan menerima perilaku pengasuhan yang konsisten dengan nilai-nilai budaya.
Jadi, budaya dapat mempengaruhi gaya pengasuhan orang tua. Tapi kembali lagi kepada orang tua. Apakah orang tua bersedia menurunkan budaya-budaya yang telah nenek moyang turunkan, ataukah lebih memilih pengasuhan moderen yang sama sekali tidak melibatkan budaya dalam pengasuhan terhadap anak.
sumber:
http://adellaazizahmputrijayagni.blogspot.com/
Program Studi Psikologi
Universitas Gajayana Malang
previous post
7 Langkah kecil untuk meredakan emosi