Rentetan Bencana Banjir di Tahun 2021: Benarkah Akibat Cuaca Ekstrem?

Halo sobat OSC Community, hujan di berbagai daerah di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Jika kita flashback tahun 2021, banyak terjadi bencana banjir yang dianggap akibat cuaca ekstrem. Apakah benar hanya karena cuaca ekstrem saja?

Sebagai negara tropis, Indonesia hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim penghujan, banjir menjadi bencana yang kerap terjadi di Indonesia, hingga disebut sebagai “bencana langganan”. Di sepanjang tahun 2021, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mencatat terjadi 3.034 bencana alam dimana banjir mendominasi rangkaian bencana yang terjadi yaitu sebanyak 1.279 kejadian. Bencana banjir terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Dimulai pada awal tahun 2021, banjir besar melanda Kalimantan Selatan yang merendam 10 kabupaten/kota. Setelah itu, disusul bencana banjir yang terjadi di Sintang, Kalimantan Barat yang merendam 12 kecamatan. Banjir di Sintang menjadi sorotan nasional akibat ketinggian banjir yang mencapai tiga meter dan terjadi hampir satu bulan. Kemudian menuju akhir tahun 2021, banjir bandang terjadi di Batu, Malang yang berdampak pada lima desa di Kecamatan Bumiaji. Bencana-bencana tersebut tentunya mengakibatkan dampak secara material maupun non-material seperti hilangnya harta benda, korban jiwa dan kerusakan lingkungan.

Dari beberapa bencana banjir yang telah disebutkan, penyebab terjadinya banjir diduga akibat curah hujan yang tinggi sehingga sungai tidak dapat menampung volume air hingga akhirnya meluap. Fenomena La Nina, yang merupakan anomali cuaca, menjadi penyebab terjadinya peningkatan curah hujan. Keadaan topografi yang berbeda-beda di setiap wilayah juga mengakibatkan dampak yang dirasakan pun berbeda. Namun, dari berbagai bencana banjir yang terjadi, cuaca ekstrem tidak bisa menjadi alasan tunggal yang dapat dipermasalahkan.

Aktivitas manusia memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya bencana tersebut. Sebagai contoh, banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan memang diakibatkan curah hujan yang tinggi, namun hal tersebut juga didukung oleh alih fungsi lahan yang meningkat. Penurunan luas hutan di daerah aliran sungai berbanding lurus dengan peningkatan area perkebunan sehingga kemampuan resapan air menjadi berkurang.

Selain itu, pendangkalan area sungai dan tersumbatnya drainase akibat penumpukan sampah juga memicu terjadinya banjir. Sungai dan drainase yang penuh dengan sampah menyebabkan aliran air menjadi terhambat sehingga meluap ke daerah sekitarnya. Cuaca ekstrem seperti curah hujan yang tinggi memang tidak dapat disalahkan, namun hal tersebut dapat diminimalisir dengan memelihara daerah penyangga yaitu wilayah hutan, sungai dan wilayah resapan lainnya agar tidak dialihfungsikan sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pemerintah diharapkan dapat melakukan penanggulangan bencana banjir dengan sigap. Dari apa yang telah diupayakan, pemerintah lebih berfokus pada tanggap bencana yang telah terjadi dibandingkan dengan upaya antisipasinya. Oleh karena itu, bencana alam seperti banjir selalu terjadi bahkan meningkat setiap tahunnya. Pemerintah harus lebih siap menangani bencana banjir sebagai bencana tahunan agar tidak gagap dalam penanganannya. Yang lebih utama yaitu bagaimana pemerintah membuat kebijakan yang jelas mengenai pelestarian lingkungan serta pelaksanaannya yang sesuai sasaran. Selain itu, peran masyarakat juga dibutuhkan dalam upaya penanggulangan bencana. Sinergisme yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam pelestarian lingkungan dapat meminimalisir bencana banjir yang terus terjadi.

Semoga Bermanfaat!

 

Sumber gambar: kompas.com

  76 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts