Serasa Dipeluk Tuhan: Cerita Perjalanan Mendapatkan Beasiswa OSC

   Halo, perkenalkan namaku Egi Nugraha, orang-orang biasa memanggilku Egi. Sebelum mulai, aku ingin mengatakan  jika artikel kali ini akan sedikit lebih panjang dari artikelku sebelumnya, semoga kamu tidak bosan membacanya ya.

   Sebagai seorang anak yang lahir dan besar di desa dan berasal dari keluarga yang bisa dikatakan under-privilege / kurang mampu, aku selalu membayangkan seperti apa rasanya merantau dan tumbuh menjadi “anak kota”. Tinggal dan belajar di kota besar seperti Jakarta terlihat seperti sebuah kemewahan tersendiri buatku. Hingga pada akhirnya saat ini aku bisa berkesempatan untuk merasakannya, menempuh pendidikan di salah satu kampus swasta terfavorit di Indonesia yang ada di Ibukota Jakarta, dengan bantuan beasiswa full melalui program beasiswa OSC Medcom.

   Sedari dulu, aku selalu berusaha untuk memperjuangkan pendidikanku dengan baik, meskipun keluargaku bisa dibilang kurang beruntung dari segi ekonomi. Aku berpikiran bahwa boleh saja saat ini diriku & keluargaku miskin, tapi aku tidak boleh jadi anak bodoh. Rasa-rasanya sangat tak nyaman didengar bila orang mengatakan “Sudah miskin, bodoh pula”.

   Dulunya ayahku seorang karyawan di pabrik pembuatan kerupuk, dan ibuku seorang ibu rumah tangga biasa. Dengan penghasilan ayahku yang tak seberapa, terkadang kami harus menutupi kekurangan keluarga dengan meminjam sana-sini. Dan itupun aku dan keluarga terkadang masih sulit bahkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan dasar seperti makan sehari-hari. Kedua orang tuaku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Ibu meninggal di 2013 lalu karena penyakit kanker rahim, dan ayah menyusul setahun kemudian karena beberapa penyakit komplikasi.

   Aku merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Setelah kepergian kedua orangtua, kami bertiga (aku, kakak & adik-ku) hidup bersama dengan bantuan finansial dari kerabat keluarga kami, serta dari penghasilan kakakku yang bekerja sebagai penjaga koperasi sekolah.  Hari-hari tanpa kehadiran sosok kedua orang tua terasa berat kami jalani, namun kami berusaha untuk tetap tegar menjalaninya.

   Di tahun 2018 lalu saat aku baru saja lulus dari SMP, aku menjual satu-satunya HP yang aku miliki, untuk mendaftar biaya PPDB dan membeli seragam SMK, tanpa tau bagaimana kondisi, berapa biaya, dan tantangan apa yang akan aku hadapi di tahun-tahun selanjutnya selama aku bersekolah nantinya, meski begitu aku tetap memaksakan diri untuk daftar melanjutkan sekolah, semua ini aku lakukan supaya aku bisa terus belajar dan menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

   Kegiatan sekolah berjalan dengan baik, meski aku harus benar-benar berhemat agar mampu bertahan sebisaku. Di tahun-tahun pertama SMK, kakak-ku menikah dan pindah keluar kota bersama adik-ku. Mulai dari sana, dari awal masuk SMK tahun 2018 hingga aku lulus di tahun 2021 lalu, aku belajar untuk hidup sendiri dan mandiri. Demi bisa bertahan hidup dan bersekolah, selama pandemi aku sempat bekerja sebagai kasir di toko retail dan penjaga pom mini pinggir jalan milik guruku. Aku juga sempat bekerja di pabrik penggilingan gabah sebagai kuli angkut, karena pada waktu pandemi di 2020 lalu sekolah memberlakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) secara daring, sehingga waktu belajar dan bersekolah menjadi lebih fleksibel, dan aku selalu berusaha untuk memaksimalkan waktu yang kumiliki dengan mengatur jadwalku, sehingga aku bisa bekerja part time dan menambah pemasukan. Jujur, aku sempat merasa lelah dan hampir menyerah dengan keadaan yang kuhadapi, tapi aku selalu kembali mengingat tujuan utamaku, upaya menempuh pendidikan, keinginan yang harus aku perjuangkan. Bagaimanapun keadaannya, aku selalu yakin bahwa pertolongan akan datang pada siapapun yang Allah kehendaki, serta akan tiba pada dia yang mau berusaha dan memiliki tekad yang kuat.

   Aku tak pernah menyangka, di tahun kedua SMK, aku mendapat pembebasan biaya SPP full hingga wisuda dari kepala sekolah SMKS Al-Huda Sadananya. Darisana aku hanya perlu mencari tambahan biaya hidup. Dan alhamdulillah, keajaiban pun kembali terjadi. Selang beberapa minggu kemudian, aku mendapatkan konfirmasi bahwa aku lolos seleksi Beasiswa SMA Tangguh dari DT Peduli, salah satu organisasi non-profit besar di Indonesia yang bergerak di bidang pengelolaan zakat, infak, sosial, serta pemberian beasiswa bagi pelajar yang memiliki kualitas akademik yang baik, namun terkendala secara finansial.

   Pembebasan biaya sekolah di SMK serta beasiswa pendidikan yang diberikan DT Peduli membuatku semakin semangat untuk terus belajar dan menempuh pendidikan. Rasa syukur aku ekspresikan dalam bentuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas diriku baik dari segi akademis maupun non-akademis. Ini aku buktikan dengan mempertahankan nilai rapot akademisku, aktif dalam organisasi OSIS dan IRMA selama SMK, dan mengikuti lomba-lomba yang ada. Beberapa kejuaraan pun aku dapatkan seperti Juara 2 National Erlangga English Speech Competition (EESC 2020) dari penerbit Erlangga, serta Juara 1 National Essay, Muslim Youth Competition-PP Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

   Keberanian dan keyakinan yang aku bangun, serta doa-doa yang tak pernah lelah aku panjatkan, menciptakan keajaiban-keajaiban tak terduga yang Allah Swt. taqdirkan terjadi dalam hidupku. Aku meyakini bahwa selalu ada keajaiban bagi orang-orang yang tak berhenti memaksimalkan ikhtiar, doa dan yakin, yakin pada kuasanya yang tak pernah memiliki batas.

      Setelah menyelesaikan pendidikan SMK di tahun 2021 lalu, aku memutuskan untuk gap year / menunda kuliah selama satu tahun dikarenakan faktor ekonomi yang tidak mendukung, serta bermaksud mencari-cari informasi mengenai beasiswa agar setidaknya dapat meringankan beban finansialku selama berkuliah nantinya. Dan syukurnya, di tahun ini aku memiliki kesempatan untuk berkuliah dengan program beasiswa OSC Medcom di Fakultas Hukum Universitas Trisakti.

   Media sosial Instagram menjadi awal pertama aku mengetahui adanya beasiswa OSC ini. Ketika sedang mencari info beasiswa, informasi mengenai beasiswa OSC inilah yang paling menarik perhatianku. Bagaimana tidak, benefit yang ditawarkan dari beasiswa ini sendiri terbilang sangat banyak. Selain dari mendapatkan beasiswa biaya kuliah hingga lulus, beasiswa OSC juga memberikan kesempatan kepada para awardee-nya untuk mendapatkan bantuan living cost/biaya hidup, ditambah lagi kesempatan untuk magang dan bekerja di perusahaan besar dibawah naungan Media Group seperti Metro TV, Media Indonesia, Medcom, dan berbagai perusahaan lainnya.

   Setelah mendapat informasi mengenai beasiswa OSC, aku berusaha menggali lebih dalam mengenai persyaratan yang dibutuhkan dengan membacanya di website resminya. Menurutku, persyaratan dari beasiswa ini terbilang tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan beasiswa lainnya. OSC sendiri telah bekerja sama dengan puluhan kampus yang tersebar di seluruh Indonesia, dan memang setiap kampus terkadang memiliki alur proses seleksi yang berbeda-beda pula. Untuk di kampusku sendiri (Universitas Trisakti), proses seleksi dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu tahapan seleksi TPA (Tes Potensi Akademik), seleksi berkas, dan seleksi wawancara. TPA sendiri berupa tes kemampuan bahasa Inggris, matematika, dan penalaran logika. Soal-soal yang diberikan juga tidak sesulit soal UTBK SBMPTN. Jika belajar dan persiapan dengan matang, rasanya tidak akan sulit bagi kamu untuk melalui tahapan pertama ini. Ouh iya, OSC sendiri memiliki program try out (Latihan soal) yang diadakan sebelum tes TPA.

 

       (Foto: Aku bersama teman-teman lainnya dalam acara Kick Off OSC 2022. Sumber: instagram kak @ginasaramelati)

 Setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya hasil seleksi pertama keluar. Alhamdulillah, aku berhasil lolos di tahap pertama dan lanjut ke tahap berikutnya yaitu tahap seleksi berkas. Di tahap kedua ini, ada beberapa berkas yang perlu dipersiapkan, diantaranya seperti SKCK dari kepolisian, SKBN (Surat Keterangan Bebas Narkoba), TOEFL (opsional, jika ditambahkan akan menjadi poin tambahan), sertifikat pemenang lomba & keaktifan berorganisasi (ini juga bersifat opsional), Transkrip Nilai SMA sederajat, dan beberapa dokumen pelengkap lainnya.

   Di tahap seleksi berkas ini aku berhasil lolos dan melanjutkan ke tahap seleksi akhir yaitu seleksi wawancara. Ini menjadi bagian paling menegangkan buatku sendiri, karena kita akan diwawancarai secara langsung oleh dekan fakultas. Saranku, kamu harus benar-benar faham dan mempelajari seluruh informasi yang berkaitan dengan beasiswa OSC, kampus, dan jurusan yang kamu pilih. Kamu juga harus betul-betul paham tujuanmu berkuliah. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan seputar hal diatas, aku yakin akan mudah buatmu menjawab semua pertanyaan wawancara, jika kamu mempersiapkan semuanya dengan baik. Karena pada dasarnya rasa gugup itu hadir dari kurangnya persiapan diri.

 

   Setelah melewati serangkaian tahapan seleksi, akhirnya aku berhasil lolos menjadi salah satu awardee beasiswa OSC 2021 di Universitas Trisakti. Meski sampai saat ini aku masih mengalami kesulitan untuk menutupi kekurangan biaya hidupku di Jakarta, aku merasa sangat bersyukur sudah bisa berada di titik ini, bisa merasakan bangku perkuliahan di salah satu kampus terbaik di Ibukota. Perjalananku masih panjang, masih banyak hal yang harus aku hadapi kedepannya. Meski dihadapkan dengan berbagai macam rintangan, aku akan terus berusaha semampuku untuk menghadapinya, karena aku percaya bahwa pendidikan akan menjadi salah satu jalan yang bisa merubah kehidupanku jadi lebih baik kedepannya, dan aku percaya bahwa akan selalu ada keajaiban bagi mereka yang tak berhenti untuk berusaha dan yakin akan kuasa-Nya yang tak pernah memiliki batas. Pada akhirnya begitulah hakikat pendidikan, pahit dan getir akarnya, namun manis dan wangi buahnya.

  968 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts