SINEGRITAS ORANG TUA & GURU DALAM UPAYA MENGHIDUPKAN PAUD Dg Prinsip Neurosains

SINEGRITAS ORANG TUA DAN GURU DALAM UPAYA  MENGHIDUPKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SAAT PEMBELAJARAN JARAK JAUH DENGAN PRINSIP NEUROSAINS 

 

Hallo Sobat OSC, dampak pandemi ini begitu terasa ya , terutama dalam dunia pendidikan. Bicara soal dampak pandemi di dunia pendidikan, yang menjadi fokus pertama kami sebagai calon guru PAUD tentunya bagaimana kerjasama orang tua dan guru PAUD di tengah pandemi ini. Lewat pandemi ini kita membelajarakan orang tua Kembali kepada fitrahnya sebagai pendidik yang pertama dan utama, kemudian guru dibelajarkan untuk tidak gagap teknologi (gaptek) . Lalu bagaimana sinegritas orang tua dalam menghidupkan PAUD ? 

Covid-19 telah mewabah di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Jumlah  korban akibat virus ini semakin meningkat dari hari ke hari. Sekitar 2. 670.046  warga Indonesia terjangkit Covid-19 dan 69.210 meninggal dunia1. Karena  keganasan virus ini, pemerintah memberlakukan kebijakan untuk membatasi  pelayanan berbagai sektor, mulai dari perekonomian, pariwisata, transportasi  bahkan pendidikan. Berbagai kegiatan pendidikan terpaksa dilaksanakan secara  daring atau biasa disebut dengan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh  sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan, namun dikarenakan  guru dan siswa telah terbiasa dengan pembelajaran tatap muka, maka menyebabkan  adanya beberapa kesulitan yang dialami. Salah satu kesulian yang dialami adalah  sulitnya mengontrol perilaku dan sikap siswa ketika belajar di rumah. Selain itu  dengan pembelajaran jarak jauh yang banyak menggunakan perangkat seperti  smartphone ataupun komputer menyebabkan siswa lebih banyak berdiam diri  sehingga motorik siswa kurang terlatih. Padahal pada usia siswa PAUD motorik  halus maupun kasar perlu dilatih agar siswa menjadi anak yang aktif dan terampil,  karena pada usia ini merupakan masa emas pertumbuhan dan perkembangan anak2

Permasalahan tersebut bertentangan dengan salah satu prinsip neurosains  yaitu movement. Prinsip movement atau pergerakan dalam neurosains merupakan  salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sistem otak dalam memproses  informasi. Jika siswa lebih aktif bergerak, maka akan mempengaruhi banyaknya  pasokan oksigen ke dalam otak sehingga siswa lebih siap menerima informasi. Hal  ini diperkuat dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Kurniawati, dkk (2018)  bahwa siswa yang belajar mengingat huruf melalui gerakan tubuh akan meningkatkan konsentasi dan merangsang kemampuan berpikir anak sehingga akan  meningkat prestasi belajar3. 

 

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa anak usia dini merupakan usia  emas untuk mengembangkan berbagai potensi untuk masa depannya. Salah satu  kemampuan yang perlu dikuasai siswa sejak dini adalah kemampuan matematis,  karena penguasaan siswa pada matematika dapat menjadi parameter mereka  terhadap keberhasilan di bidang lain4. Namun, tidak sedikit siswa yang  menganggap sulit pembelajaran matematika ini. Siswa yang tidak pandai dalam  matematika seringkali dianggap tidak pintar, padahal kesulitan dalam memahami  matematika tidak selalu didasarkan pada IQ siswa. Hal ini dapat disebabkan karena  adanya masalah cognitive deficits yaitu numerosity, estimasi, kesulitan mengingat  informasi verbal dan masalah dengan working memory secara umum.  Permasalahan ini tentunya menjadi momok bagi siswa apalagi ditengah  pembelajaran jarak jauh ini. Ketidakhadiran guru yang membimbing secara  langsung menjadi salah satu kesulitan tersendiri. Hal ini menuntut guru untuk  menciptakan pembelajaran yang menarik dan efektif dalam meningkatkan  kemampuan berhitung siswa saat pembelajaran jarak jauh. Mengingat bahwa orang  tua merupakan orang yang paling dekat dengan siswa ketika pembelajaran jarak  jauh maka diperlukan sinegritas antara orang tua dan guru dalam upaya  menghidupkan pendidikan anak usia.

Implementasi Prinsip Neurosains  

Salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan ini, orang tua dan guru dapat  mengimplementasikan prinsip neurosains yakni movement dalam pembelajaran  matematika. Gesturing merupakan bagian dari motorik tubuh yang dapat berfungsi  sebagai bahasa pertama dalam berkomunikasi dan berpikir. Selain itu gesturing  dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep matematika baru, misalnya  ketika anak menggunakan jari untuk berhitung maka jari akan direpresentasikan di  dalam otak. Siswa PAUD yang rata-rata berada pada usia 4-6 tahun memiliki  kemampuan berhitung yang masih mengandalkan number sense dan mulai dapat membedakan perbedaan besar dan kecil angka. Dengan memperhatikan tahap  perkembangan siswa PAUD serta memanfaatkan prinsip neurosains movement,  sinegritas orang tua dan guru diperlukan untuk menciptakan metode pembelajaran  yang menarik ketika pembelajaran jarak jauh.

 

Prinsip movement sangat relavan dengan tahap perkembangan siswa PAUD  yang sangat senang bermain dan bergerak. Berdasarkan hal tersebut, maka metode  yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajarkan matematika adalah permainan.  Melalui permainan yang dapat mengordinasikan motorik dengan pembelajaran  matematika akan meningkatkan motivasi belajar siswa di masa pembelajaran jarak  jauh ini. Selain itu melalui metode permainan akan menghilangkan kejenuhan siswa  selama isolasi di rumah. Guru dapat meminta bantuan orang tua untuk membimbing  anak-anaknya dalam pembelajaran. Oleh karenanya guru perlu memberikan arahan  kepada orang tua dalam membimbing anak-anaknya saat belajar di rumah. Guru  dan orang tua perlu memahami konsep dasar matematika untuk usia dini terutama  pada keseharian anak. Hal ini dikarenakan anak usia dini memerlukan benda-benda  konkret saat pembelajaran matematika sehingga perlu memanfaatkan benda-benda  yang dekat dalam keseharian anak5. Berikut merupakan beberapa alternatif  permainan yang dapat digunakan oleh orang tua untuk membimbing siswa saat  belajar matematika: 

1. Bermain kertas origami, dengan memanfaatkan kertas origami dapat melatih  fokus dan konsentrasi anak, terjadi peningkatan pada kecakapan visual dan  spasial, melatih mengikuti instruksi yang runut, serta pengenalan berbagai  konsep matematika, seperti ukuran, pola, dan geometri.6 

2. Mengajak anak untuk memasak bersama (Fun Cooking), melalui kegiatan ini  orang tua dapat menstimulus anak melalui pengukuran bahan-bahan yang  dibutuhkan untuk memasak, menghitung jumlah bahan-bahan dan kegiatan  lain yang dapat berkontribusi dalam pemahaman anak tentang konsep  matematika

Kegiatan bermain matematika yang dilakukan di rumah bisa memanfaatkan  ruang tamu seperti mencari benda yang bentuknya segi empat di ruang tamu,  dimanakah aku (mengenalkan konsep posisi), menghitung jumlah kursi dan  meja. 

4. Kegiatan belajar pun bisa memanfaatkan halaman rumah dengan menghitung  panjang dan lebar halaman, menghitung tanaman mengurutkan ketinggian  tanaman dan menghitung berapa plat motor ayah. 

5. Kegiatan permainan matematika di kamar tidur dapat dilakukan melalui  membantu ibu melipat baju, menyusun bantal untuk mengetahui tinggi rendah  dan memasangkan sarung bantal. 

6. Kegiatan permainan matematika di dapur seperti memasangkan tutup panci  dan tutup gelas, membantu ibu mengelompokkan bumbu dapur, menyusun  pola sederhana (sendok garpu gelas, sendok garpu gelas) 7. 

Melalui beberapa kegiatan yang disampaikan di atas, orang tua dan guru harus  memiliki komunikasi yang efektif agar tujuan pembelajaran matematika dapat  tercapai dengan baik. Orang tua dapat mengirimkan dokumentasi berupa foto  ataupun video ketika anak-anaknya tengah asyik belajar dan harus senantiasa  melaporkan perkembangan anak-anaknya kepada guru. Apabila anak mengalami  kesulitan maka orang tua perlu mendiskusikannya dengan guru untuk mencari  solusi yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi. Guru harus memberikan  informasi kepada orang tua untuk memberikan feed back kepada anak ketika  berhasil melaksanakan sesuatu. Hal ini sesuai riset yang dilaksanakan oleh Rohma  (2018) bahwa memberikan pujian pada anak dapat memberikan pengaruh positif  pada anak sehingga anak akan lebih percaya diri dan terhindar dari ketakutan akan  gagal8. 

 

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran  jarak jauh tidaklah menjadi penghalang bagi siswa PAUD untuk belajar secara  efektif. Sinegritas orang tua dan guru dalam menghidupkan pembelajaran matematika untuk siswa PAUD melalui permainan yang menerapkan prinsip  neurosains movement ini dapat dilaksanakan di rumah dengan cara yang  menyenangkan, sehingga siswa PAUD akan lebih termotivasi dalam belajar  matematika.  

 
  39 Views    Likes  

Kunci Sukses Mahasiswa dengan 10 Strategi Efektif Mengelola Waktu

previous post

Refleksi dengan makanan tradisional jawa
Kunci Sukses Mahasiswa dengan 10 Strategi Efektif Mengelola Waktu

next post

Kunci Sukses Mahasiswa dengan 10 Strategi Efektif Mengelola Waktu

related posts