Stop Hidup untuk Ekspektasi Orang Lain, Saatnya Fokus ke Diri Sendiri!

Pernah nggak sih kamu merasa lelah menjalani hidup karena seolah-olah harus memenuhi ekspektasi orang lain? Seakan semua pencapaian yang kamu kejar bukan buat diri sendiri, tapi buat membuktikan sesuatu ke orang lain. Kalau iya, kamu nggak sendirian. Banyak anak muda, terutama Gen Z, yang mengalami hal serupa.

Fenomena ini bukan sekadar perasaan sesaat. Ada banyak faktor yang membuat kita merasa seperti ini, mulai dari tekanan sosial, ekspektasi keluarga, hingga perbandingan tanpa henti di media sosial. Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan agar nggak terjebak dalam siklus ini.

1. Kenali Apa yang Sebenarnya Kamu Inginkan

Coba tanya ke diri sendiri, "Apa yang sebenarnya aku kejar? Apa yang benar-benar aku inginkan?" Kadang, kita terlalu sibuk berlari sampai lupa alasan kita mulai. Ambil waktu untuk refleksi, jauhkan diri sejenak dari kebisingan sosial, dan tanyakan apakah jalan yang kamu tempuh saat ini benar-benar kamu inginkan atau hanya karena tekanan dari sekitar.

2. Stop Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Social media bisa jadi pisau bermata dua. Di satu sisi, kita bisa mendapatkan inspirasi, tapi di sisi lain, kita jadi terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain. Kamu melihat teman sudah punya pekerjaan keren, bisnis sukses, atau bahkan kehidupan sosial yang terlihat "sempurna". Padahal, apa yang kita lihat di media sosial hanyalah highlight, bukan kenyataan penuh.

Seperti yang dikatakan oleh psikolog Dr. Laurie Santos, "Media sosial sering membuat kita merasa kurang karena kita hanya melihat sisi terbaik orang lain tanpa mengetahui perjuangan mereka." Jadi, daripada sibuk membandingkan diri, fokuslah pada perjalananmu sendiri.

3. Pelajari untuk Bilang "Tidak"

Terkadang, kita terjebak memenuhi ekspektasi orang lain karena sulit mengatakan "tidak". Misalnya, orang tua ingin kita mengambil jurusan tertentu, teman-teman berharap kita selalu ada untuk mereka, atau lingkungan menuntut kita untuk mengikuti standar tertentu. Padahal, kamu punya hak untuk menentukan apa yang terbaik buatmu.

Menurut buku The Courage to Be Disliked karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga, kebahagiaan sejati datang ketika kita berhenti hidup berdasarkan ekspektasi orang lain dan mulai menjalani hidup sesuai dengan nilai dan keinginan kita sendiri.

4. Jangan Takut Mengecewakan Orang Lain

Ini bagian yang paling sulit. Kita cenderung ingin menyenangkan semua orang, padahal itu mustahil. Akan selalu ada orang yang tidak puas dengan keputusan kita. Tapi, apakah itu berarti kita harus mengorbankan kebahagiaan sendiri?

Psikolog klinis Dr. Julie Smith mengatakan, "Menyenangkan semua orang sering kali berarti mengorbankan diri sendiri. Kamu harus memilih apakah ingin membahagiakan semua orang atau ingin hidup dengan jujur sesuai dirimu sendiri."

5. Hidup Itu Maraton, Bukan Sprint

Hidup bukan soal siapa yang paling cepat sukses atau siapa yang punya pencapaian lebih dulu. Setiap orang punya timeline-nya masing-masing. Jangan terburu-buru hanya karena merasa tertinggal dari orang lain.

Menurut sebuah penelitian dari Harvard Business Review, orang yang terlalu fokus pada pencapaian eksternal sering kali merasa burnout dan kehilangan makna hidup. Sebaliknya, mereka yang menjalani hidup sesuai dengan nilai pribadi cenderung lebih bahagia dan puas dengan hidup mereka.

Hidup dengan ekspektasi orang lain itu melelahkan. Daripada terus berusaha membuktikan sesuatu kepada orang lain, kenapa nggak mulai hidup buat diri sendiri? Kenali apa yang benar-benar kamu inginkan, berhenti membandingkan diri, belajar berkata tidak, dan jalani hidup dengan ritmemu sendiri.

Akhirnya, satu pertanyaan yang perlu kamu tanyakan ke diri sendiri, "Apakah aku hidup untuk membahagiakan orang lain atau untuk menemukan kebahagiaanku sendiri?"

Sumber:

1. Laurie Santos, The Science of Well-Being, Yale University. 

2. Ichiro Kishimi & Fumitake Koga, The Courage to Be Disliked.

3. Harvard Business Review, "Why the Pursuit of Success Can Lead to Burnout".

4. Julie Smith, Why Has Nobody Told Me This Before?

 

  6 Views    Likes  

Lebaran Ketupat: Tradisi Syawal Penuh Makna di Tengah Masyarakat Nusantara

previous post

Ways of Adaptability & Resilience
Lebaran Ketupat: Tradisi Syawal Penuh Makna di Tengah Masyarakat Nusantara

next post

Lebaran Ketupat: Tradisi Syawal Penuh Makna di Tengah Masyarakat Nusantara

related posts