Toxic Positivity, Optimis Atau Malah Toxic?

Hollaaa Sobat OSC! Kalian pernah enggak nih, dengar istilah Toxic Positivity? Tau gak sih kalau umumnya  masyarakat kita tanpa sadar malah membiasakan diri terbelenggu sama yang namanya toxic positivity. Toxic positivity adalah kondisi dimana hal-hal yang dianggap positif bisa menjadi racun untuk seseorang. Toxic positivity berupa keyakinan bahwa tidak peduli seberapa parah atau sulitnya suatu situasi, orang harus menpertahankan pola pikir positif. Good and positive vibes only. Biasanya, ketika seseorang merasa sedih atau resah tentang sesuatu, ia pasti ingin menceritakan dan membagikan keresahannya dengan orang terdekat disekitarnya. Pasti kalian pernah nih ngalamain ketika lagi ada masalah dan curhat ke temen kalian. Lalu teman kalian merespon curhatan kalian dengan “Duh sabar ya” “Udah, lupain aja” “Udah gak usah dipikirin terus, masih banyak loh diluar sana yang punya masalah lebih berat dari kamu. Seharusnya kamu bisa lebih bersyukur!”. Atau malah kita yang berada di posisi teman kita itu. Kita malah menyuruh mereka untuk menahan perasaan serta emosi buruk dan negative yang sedang mereka rasakan. Padahal harusnya ketika kita lagi dicurhatin sama temen, kita bisa jadi pendengar yang baik dan memvalidasi perasaan teman kita saat itu. Kita harus paham bahwa manusia juga boleh loh mengekpresikan dan mengeluarkan uneg-uneg dan segala perasaan dan emosi negative dalam dirinya. Itu merupakan hal normal dan natural dilakukan oleh manusia. Itu tandanya masih ada kekhawatiran dalam diri mereka, yang berarti mereka masih memikirkan dan meneliti apa yang mengganggu dan menghambat mereka untuk kedepannya mengembangkan diri mereka ataupun sekedar melepaskan stress dan emosi buruk yang mengganggu pikiran mereka.

Mungkin sebelumnya Sobat OSC masih belum sadar nih kalau mungkin kita terjebak dalam toxic positivity. Nah supaya Sobat OSC tahu tanda-tandanya, ini nih ciri-ciri toxic positivity yang mungkin tanpa sadar ada di diri kita. Pertama, jika kita mengalami toxic positivity, kita akan merasa bersalah ketika sedang sedih atau marah. Yang kedua, kita akan cenderung menyembunyikan emosi negative dan mengabaikan masalah yang sedang kita hadapi. Dan yang ketiga, kita akan cenderung mengabaikan perasaan orang lain dalam berkomunikasi. Jika terus-terusan tenggelam dalam keadaan ini dan denial terhadap perasaan kita sendiri, nantinya malah akan mengganggu pikiran dan membahayakan kesehatan mental kita loh, Sobat OSC. Atau bahkan pada akhirnya lebih parah dimana membuat kita meledak karena terus-menerus memendam energi negatif tersebut dalam diri kita. Untuk itu, kondisi ini perlu kita atasi dan hindari demi menjaga kesehatan mental kita nih, Sobat OSC. Berikut beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk kita menghindari toxic positivity.

Menerima setiap emosi yang sedang dirasakan. Dengan menerima emosi yang muncul, maka akan membuat kita menjadi lebih tenang, daripada harus membohongi diri sendiri akan perasaan negative yang terus membayang-bayangi. Self-compassion. Ini dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada diri sendiri ketika sedang mengalami kegagalan, kesalahan, kesedihan, ataupun penderitaan, dengan mengatakan kepada diri sendiri bahwa kegagalan dan kesalahan itu wajar terjadi dan tidak perlu untuk kita menghakimi diri sendiri. Menyadari bahwa hidup tidak selalu bahagia. Penting untuk menyadari dan memahami bahwa setiap manusia pasti pernah mengalami hari yang buruk dan merasakan perasaan dan emosi yang negative. Perlu juga dipahami kalau perasaan dan emosi negative itu bukanlah sesuatu yang memalukan yang harus disembunyikan dan dirahasiakan. Mengungkapkan perasaanmu. Jangan pernah ragu untuk menceritakan dan menuliskan tentang semua perasaan yang sedang kamu alami. Kalau kamu tidak bisa menceritakannnya, Sobat OSC juga bisa loh menuliskannya disebuah buku jurnal atau diary kamu.

Kondisi dimana kalimat-kalimat bernada positif yang diungkapkan seseorang malah bisa menjadi racun pada mereka yang menerimanya. Kalimat-kalimat tersebut akan membawa kita seolah-olah tidak boleh merasakan sedih dan harus tetap bahagia dan ceria dalam apapun keadaan yang terjadi. Kalau keadaan ini terus terjadi dan berlarut-larut bisa mengganggu mental kita loh, Sobat OSC. Karena pada dasarnya berpikir positif itu tidaklah mudah. Tidak seharusnya perasaan manusia kita kategorikan segampang itu. Perasaan-perasaan negative yang kita rasakan itu ternyata tidak selamanya buruk. Malah dengan kita jujur pada diri kita sendiri atas apa yang kita rasakan, entah itu marah, sedih, kecewa, atau apapun itu yang mengganggu kita. Itu malah bikin kita jadi lebih tahu bagaimana caranya untuk merespon perasaan tersebut, ataupun bagaimana merespon situasi dan keadaan saat itu. Selain itu, kita juga lebih tahu bagaimana caranya kita mengatasi perasaan dan emosi negative yang kita alami saat itu, yang juga bisa membantu untuk menjaga kesehatan mental dan pikiran kita kedepannya. Nah, supaya kita juga bisa terhindar dari memberikan komentar toxic kepada orang lain, yuk mulai ganti kalimat positif yang toxic dan menekan menjadi kalimat positif yang simpati. Semoga Sobat OSC bisa paham dan mengambil hal positif dari tulisan kali ini, dan semoga kita bisa terhindari dari toxic positivity.

Thank you for reading! See u!

  145 Views    Likes  

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

previous post

Kenal Lebih Dekat Dengan Beasiswa OSC Medcom.id
Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

next post

Tips Belajar Efektif Ala Elon Musk

related posts