Kesehatan memiliki peranan penting dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental juga turut andil dalam memaksimalkan kinerja individu. Isu kesehatan mental di Indonesia semakin meluas saat pandemi COVID-19, dimana berpengaruh pada kesehatan fisik dan kondisi psikologis masyarakat. Dalam Penelitian (Susilowati, 2021) beberapa dampak psikologis yang dirasakan masyarakat ketika pandemi terjadi yaitu mengalami stres hingga OCD. Selain itu kecemasan, depresi, stres pasca trauma, kebingungan, frustasi, insomnia, kegelisahan hingga ketakutan juga menjadi gangguan mental terbesar akibat pandemi COVID-19 (Brook et al., 2020).
Setelah banyaknya penelitian tentang kesehatan mental terutama akibat pandemi, masyarakat semakin sadar tentang kesehatan mental dan menemukan faktor lain yang mempengaruhi kesehatan mental, sepertipada remaja kesehatan mental dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, pola asuh dengan otoriter dan permisif dapat menjadi pemicu, kemudian faktor lingkungan contohnya teman sebaya (Rahmawaty et al., 2022). Sedangkan pada orang dewasa lingkungan, sosial media dan miskonspesi tentang mengenai kesehatan mental menjadi salah satu faktor gangguan kesehatan mental (Rudianto, 2022).
Dari laporan data Badan Pusat Statistik padatahun 2022, tercatat sebanyak 68,82 juta jiwa atau sebesar 24% dari total penduduk Indonesia adalah pemuda. Dimana kedua aspek tersebut yaitu antara pemuda dan kesehatan saling berkaitan erat satu sama lain. Dimana pada usia tersebut seorang individu sedang dalam masa produktif baik dalam bidang karir, prestasi ataupun popularitas sehingga seringkali mengabaikan hal yang terpenting dalam kehidupan yaitu kesehatan, baik secara rohani maupunn jasmani.
Kesehatan mental dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti manajemen stres, pola makan danolahraga. Makanan memiliki keterkaitan dengan aktivitas mental, makanan yang sehat memberikan aktivitas mental yang lebih sehat pula (Adenengsi et al., 2019). Selain itu aktivitas fisik seperti olahraga secara signifikan meningkatkan kesehatan mental seseorang dimana olahraga efektif mengurangi stres pada individu (Astuti et al., 2020).
Dalam penelitian Iranti pada tahun 2023, menyatakan bahwa 92 siswi atau sebesar 54,1% dari total 170 siswi SMK Kesehatan Islamic School sering mengkonsumsi makanan cepat saji, tentunya ini adalah angka yang tergolong besar. Faktor perilaku ini disebabkan karena para siswi tersebut banyak mengalami gejala stress dari ringan hingga berat.
Selain pada anak sekolah, makanan cepat saji juga sering dikonsumsi oleh orang dewasa, terbukti pada survei secara nasional yang diikuti oleh 12.105 responden manyatakan sering mengkonsumsi makanan cepat saji. Dari total keseluruhan hanya 17,67% responden yang termasuk dalam kategori jarang mengkonsumsi makanan cepat saji (Fuziyyah dan Solikhah, 2021). Dari hasil penelitian ini tergambar bahwa makanan cepat saji sudah melekat dalam pilihan makanan, khususnya untuk generasi muda.
Tidak hanya dalam pemilihan makanan, pola hidup tidak sehat juga dapat dilihat dari aktivitas sehari-hari yaitu salah satunya kebiasaan berolahraga, pada Global Status Report on Physical Activity 2022yang disampaikan oleh World Health Organization (WHO), mayoritas remaja di seluruh dunia jarang berolahraga. Dari 27% orang dewasa dan 81% remaja tidak memenuhi rekomendasi minimal aktivitas fisik untuk mecapai target kesehatan yang optimal, padahal aktivitas yang dianjurkan dapat membantu mengurangi resiko penyakit. Akibat dari kurangnya aktivitas fisik pada generasi muda diseluruh dunia, WHO memprediksi akan ada 500 juta tambahan kasus penyakit tidak menular pada periode 2020-2030.
Pertambahan kasus penyakit tentu memiliki antitesisnya yaitu dengan kemajuan teknologi yang berkembang semakin semakin pesat, teknologi tersebut digunakan dalam kehidupan sehari - hari untuk memudahkan pekerjaan manusia, salah satu teknologi yang digunakan dalam peningkatan kesehatan mental adalah dengan adanya aplikasi pintar yang membantu orang-orang dalam masalah kesehatan mental namun tidak mendapatkan akses dalam terapi secara tatap muka.
Hasil penelitian (Garido et al., 2021) efektivitas aplikasi kesehatan mental serupa salah satunya mHealth memiliki keterbatasan yaitu ketepatan pada aplikasi kesehatan mental yang belum dapat diketahui secara keseluruhan serta kurangnya data pasien, arahan dalam perawatan, dan pengingat jadwal penggunaan aplikasi. Walaupun begitu penggunaan aplikasi kesehatan mental cukup efektif menurunkan gejala gangguan mental memperbaiki suasana hati, pola tidur dan motivasi hidup (Kamilah dan Febrina, 2021). Penelitian ini memberikan gambaran bahwa aplikasi cukup efektif untuk membantu peningkatan kesehatan mental melalui penurunan gejala stres dan memperbaiki motivasi hidup. Namun masih terdapat kekurangan untuk efisiensi penggunaan aplikasi.
Pemanfaatan teknologi tidak hanya dapat berupa aplikasi, tetapi juga pemanfaatan Internet of Things. Dengan adanya Internet of Things manusia dapat menghubungkan satu perangkat dengan perangkat lainnya dalam jarak yang jauh. Salah satu yang terhubung dengan aplikasi adalah smartwatch. Smartwatch dipilih karena perangkat tersebut dibekali beberapa fitur yang meningkatkan efektivitas dalam menganalisa data, yaitu sensor detak jantung yang terintegrasi pada smartwatch. Selain itu smartwatchmenjadi salah satu aksesoris yang menjadi favorit kaula muda, selain karena fiturnya tentu juga smartwatch mengusung gaya kekinian yang sangat cocok dengan tren fashion generasi muda sekarang.
Berkaca dari kekurangan beberapa aplikasi pendahulu yang serupa, To do Health dibekali fitur Internet of Things, dimana aplikasi terhubung dengan perangkat smartwatch yang terintegrasi sensor detak jantung. Maka dari itu penulis mengusulkan ide dan gagasan berupa Aplikasi Self Reminder Pola Hidup Sehat Berbasis Internet Of Things Sebagai Upaya Pengurangan Angka Gangguan Kesehatan Mental, yaitu To do Health.
To do Health merupakan aplikasi yang digunakan sebagai asisten dan pengingat akan tingkat kesehatan mental penggunanya. Aplikasi ini menggabungkan konsep To do List dan pengingat kesehatan, sehingga pengguna dapat dengan mudah menggunakan aplikasi ini, dikarenakan memiliki User Interface yang familiar dengan konsep aplikasi To do List serta aplikasi kesehatan yang sudah dikembangkan sebelumnya.Dimana berisi kegiatan sehari - hari yang umum dilakukan pengguna dalam menerapkan pola hidup sehat dan kemudian mencentang semua kegiatan yang berhasil dilakukan.
Pada menu awal aplikasi To do Health terdapat beberapa fokus kesehatan yang akan dijalankan dalam program kesehatan yang dipilih, yaitu pola makan dan olahraga pengguna. Pada program pola makan akan difokuskan pada konsumsi makanan sehat yang dilakukan oleh pengguna dalam sehari - hari,sedangkan pada program olahraga, akan difokuskan pada jenis olahraga yang dilakukan oleh pengguna. Dalam masing - masing program akan disediakan daftar kegiatan secara umum (Default Program) yang dapat dijadikan acuan para pengguna. Pada Default Program berisi aktivitas yang paling sering dilakukan oleh manusia sehari - hari.
Jika Default Program dirasa kurang lengkap dan sesuai, pengguna juga dapat mengubah kegiatan (Custom Program) yang akan di dijalankan selanjutnya, tentunya dengan kebutuhan dan kebiasaan dari pengguna. Setiap kegiatan yang tersedia mimiliki bobot nilai, dimana setiap kegiatan yang berhasil diselesaikan akan menghasilkan poin, pada aplikasi To do Health ini poin tersebut dikenal dengan Healthy Point. Setiap kegiatan memiliki tingkatan bobot nilai yang bervariasi. Semakin berdampak baiknya suatu kegiatan pada kesehatan mental, semakin tinggi pula Healthy Point yang akan diperoleh. Healthy Pointtersebut nantinya akan ditampilkan Progress Reportharian pada pop-up notification dan diakumulasikan jumlah kegiatan yang diselesaikan serta jumlah poin yang diperoleh oleh pengguna setiap minggunya.
Healthy Point juga dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu Sangat Sehat, Sehat dan Kurang Sehat. Pengguna akan dikategorikan Sangat Sehat apabila dalam satu minggu pengguna dapat mengumpukan Healthy Point sebanyak 200 Poin, pengguna akan dikategorikan Sehat apabila dapat memperoleh 100 poin, serta pengguna dapat dikategorikan Kurang Sehat apabila tidak berhasil mengumpukan poin sebanyak 100 Poin yang berarti kurang dari 100 Poin. Pada setiap kategori tingkatan kesehatan yang diperoleh pengguna pada tiap minggunya, akan diberikan rekomendasi kegiatan untuk meningkatkan mutu kesehatan serta menjaga kebugaran secara berkelanjutan, sehingga pengguna memiliki acuan untuk kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya.
Selain Healthy Point sebagai fitur unggulan, aplikasi To do Health ini juga memiliki beberapa fitur pendukung lainnya yang menunjang kesehatan mental dari para pengguna. Beberapa fitur yang tersedia antara lain seperti Daily Task, video dan artikel serta To do Health juga memfasilitasi pengguna untuk dapat berkonsultasi dengan para ahli dibidangnya masing-masing. Pada fitur Daily Task akan diberikan beberapa target harian yang berisi aktivitas - aktivitas rutin dari pengguna serta memperoleh Healthy Point yang menyesuaikan dengan Task yang terselesaikan. Video dan artikel pada aplikasi To do Health juga akan diperbarui setiap minggunya, berisikan tentang updateinformasi serta video menarik mengenai kesehatan mental. Aplikasi To do Health juga bekerja sama dengan para ahli kesehatan pada bidangnya masing-masing dalam hal ini psikolog, ahli gizi serta binaragawan yang dimana akan dijadikan sarana berkonsultasi para pengguna mengenai pertanyaan seputar kesehatan secara real-time.
Dilatarbelakangi peningkatan efektivitas aplikasi baik kepada pengguna maupun ahli, To do Healthdibekali fitur Internet of Things, dimana aplikasi terhubung dengan perangkat smartwatch yang dibekali sensor detak jantung. Smartwatch berfungsi sebagai reminder, yang mengirimkan pop-up notification yang berkaitan dengan produktivitas pengguna. Sedangkan sensor detak jantung yang terintegrasi pada smartwatch berjalan dengan cara menghitung jumlah denyut nadi pengguna serta mencatatnya secara real-time pada aplikasi. Parameter detak jantung tersebut dijadikan acuan pengguna apabila sedang terjadi kecemasan yang berlebihan dan acuan ahli dalam menganalisa kesehatan mental pengguna.
Dengan beberapa fitur yang tersedia pada aplikasi To do Health, diharapkan aplikasi ini dapat bekerja sebagaimana tujuannya yaitu pengontrol dan pengingat kesehatan mental bagi pengguna. Updateinformasi menarik seputar kesehatan juga membuat aplikasi ini selalu “kekinian” serta User Interface (UI) yang digunakan juga sangat simpel namun tetap menarik, sehingga sangat cocok digunakan generasi muda yang mengedepankan akses kemudahan serta hal yang menarik.
Adapun target yang diharapkan dengan hadirnya aplikasi To do Health ini, dapat meningkatkan kualitas masing - masing individu masyarakat dari berbagai kalangan khususnya generasi muda pada isu kesehatan mental. Jika dapat terealisasi, penggunaan aplikasi To do Health secara masif dapat menurunkan angka gangguan kesehatan mental serta menghasilkan generasi muda khusunya anak sekolah yang sadar dan peka terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental.
previous post
Jadi Mahasiswa Aktif : Tips Sukses di Perkuliahan