Wabah Virus Corona: Kegagalan Terburuk Intelijen Amerika Serikat

Tahun 2020 diawali dengan seisi dunia yang berjuang melawan pandemi virus Corona SARS-CoV-2.  Virus ini disinyalir berasal dari wilayah Kota Wuhan, Tiongkok. Terhitung hingga 20 April 2020, kasus Coronavirus telah berdampak kepada 210 negara di dunia dengan total mencapai 2.415.299 kasus (worldometers.info). World Health Organization (WHO) sendiri telah resmi menetapkan virus Corona tersebut sebagai pandemi global.

Di antara berbagai berita yang mencuat dalam media-media internasional, salah satu yang cukup menarik perhatian adalah mengenai gagalnya intelijen Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman virus Corona.

Ada hubungan apa sebenarnya antara operasi intelijen AS dengan pandemi virus ini?

Intelijen: Memastikan Keamanan Negara

Apa yang ada di pikiran kalian jika mendengar kata “intelijen”? Sebagian memandang intelijen sebagai sesuatu yang mengagumkan hingga suatu saat nanti ingin bekerja di lingkungan yang berkaitan dengannya; sebagai agen rahasia, misalnya. Sebagian lagi ingin menjauh dari dunia tersebut karena menganggap isinya yang penuh dengan spionase, teror, dan berbagai aksi kekerasan lain. Semua tentunya tak lepas dari bagaimana berbagai film dan novel bertemakan intelijen telah membentuk persepsi yang mengakar kuat dalam masyarakat luas.

Intelijen sendiri, sebenarnya dapat dimaknai ke dalam 3 hal. Bisa berarti proses, dimana informasi tertentu dibutuhkan, dikumpulkan, dianalisa dan kemudian diberikan kepada para pembuat keputusan. Bisa juga berarti produk, yang merupakan hasil dari proses analisa dan operasi intelijen itu sendiri. Dan yang terakhir, berupa unit yang melaksanakan berbagai fungsi (Lowenthal, 2003: 8). Yang menjadi kunci dari aksi intelijen ini adalah tujuan akhir mereka, yaitu memastikan keamanan negara.

Keamanan negara yang bagaimana yang dimaksud? Tidak hanya dari segi militer, spionase dan semacamnya, konsep keamanan di era globalisasi juga meluas ke isu seperti terorisme, keamanan pangan, keamanan manusia dan lainnya. Dalam hal ini, merupakan tugas intelijen untuk mengikuti perkembangan studi ancaman tersebut demi tujuan keamanan negaranya, baik lewat penyesuaian fungsi maupun restruktur sistem organisasi terkait.  

Dan salah satu ancaman keamanan yang baru-baru ini melanda keamanan nasional di hampir seluruh negara di dunia adalah: pandemi virus Corona.

Gagalnya IC dalam Menghadapi Ancaman Coronavirus

Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu negara dengan badan intelijen terbaik di dunia. Badan intelijen ini, yang disebut “Komunitas Intelijen Amerika Serikat” (United States Intelligence Community/IC), tersusun atas 17 instansi independen. Merupakan kesalahan untuk berpikir bahwa profesi sekelas agen intelijen pasti akan luput dari kesalahan. AS sendiri mencatat kegagalan intelijen mereka dalam berbagai peristiwa besar dalam sejarah, terutama pada peristiwa runtuhnya gedung World Trade Centre (WTC) di New York pada 11 September 2001 akibat serangan teroris kelompok al-Qaeda.

Tapi itu cerita untuk lain waktu. Sekarang, ayo kita mulai bahas peran IC ini dalam menghadapi ancaman virus Corona.

Adalah tugas IC untuk menyediakan peringatan awal tentang potensi krisis kepada para pembuat kebijakan di pemerintahan AS. Namun fakta bahwa Amerika Serikat sendiri kini memimpin jumlah kasus infeksi virus Corona tertinggi di antara seluruh negara di dunia dengan 764.265 total kasus dan angka kematian mencapai 40.565 jiwa (per 20/4/20) kembali menimbulkan skandal mengenai kegagalan besar intelijen IC dalam bekerja.

Dilansir dari The American Conservative, krisis pandemi virus Corona adalah kegagalan intelijen terburuk yang bahkan jauh lebih mengacaukan masyarakat serta merugikan perekonomian Amerika Serikat dibandingkan peristiwa 9/11.

Ada suatu unit intelijen khusus bernama National Center for Medical Intelligence (NCMI) sebagai bagian dari Defense Intelligence Agency dari IC, yang bertanggung jawab untuk “menghasilkan intelijen medis” dan untuk menyiapkan serta mengkoordinasi “intelijen dari seluruh sumber yang terintegrasi terkait ancaman kesehatan asing dan isu kesehatan lainnya demi melindungi kepentingan dunia AS” (Department of Defense Instruction: 2009).

Virus Corona sebagai suatu penyakit jelas merupakan bagian dari tugas NCMI. Data Infectious Disease Risk Assessment pertama untuk COVID-19 diterbitkan pada 5 Januari 2020, dengan laporan 59 orang positif terjangkit virus tersebut di Wuhan, Tiongkok. Namun laporan ini tidak diperoleh dari upaya intelijen rahasia AS apapun, melainkan hanya dari laporan yang diterbitkan WHO oleh Wuhan Municipal Health Commission pada tanggal yang sama. Pemerintahan Donald Trump juga justru menunggu isyarat dari WHO yang mendeklarasikan "Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia" (KKMMD) pada 30 Januari 2020.

NCMI telah dinilai gagal dalam misinya untuk memberikan analisis prediktif yang tepat waktu terhadap ancaman epidemiologis.

Selain itu, terdapat dugaan dari peneliti Tiongkok bahwa Coronavirus dibawa ke negara mereka dari negara lain, sementara studi dari Jepang dan Taiwan menunjuk AS sebagai wilayah asal paling memungkinkan dari virus tersebut (Global Research, 2020). Meski tidak didukung dengan bukti lebih yang memadai, kejadian ini bertepatan dengan tibanya 300 perwakilan atlet militer AS tiba di Wuhan untuk berpartisipasi dalam 2019 Military World Games pada pertengahan Oktober 2019.

Kegagalan NCMI dalam hal ini berkenaan dengan tanggung jawab mereka untuk melakukan pengarahan mengenai potensi ancaman kepada semua penempatan personil militer AS di seluruh dunia. Infectious Disease Risk Assessment khusus-Wuhan seharusnya telah dipersiapkan sehingga NCMI berpeluang untuk memberikan peringatan awal atas keberadaan Coronavirus.

Kontribusi Pemerintah Trump atas Kegagalan Intelijen AS

Berbagai sumber lain menyatakan bahwa kegagalan intelijen AS dalam kasus Coronavirus ini juga tidak terlepas dari bagaimana pemerintah Trump sebagai pengambil kebijakan menanggapinya. Dilansir dari Foreign Policy, badan-badan intelijen AS telah mengeluarkan peringatan rahasia pada Januari dan Februari 2020 tentang bahaya global yang ditimbulkan oleh Coronavirus.

Dalam periode waktu tersebut, mayoritas laporan intelijen dari Office of the Director of National Intelligence (ODNI) dan Central Intelligence Agency (CIA) adalah mengenai COVID-19. Namun segala peringatan dari agen intelijen tampaknya tidak memberikan dampak berarti kepada pemerintah karena respons Presiden Trump yang terus meremehkan isu tersebut, dimana pada 22 Januari dia justru menyatakan bahwa

We have it totally under control. It’s one person coming in from China, and we have it under control. It’s going to be just fine.”

Dengan demikian, intelijen Amerika Serikat lagi-lagi dinilai gagal dalam krisis terbesar negara adidaya tersebut dikarenakan pemerintahan Trump yang tidak menganggap serius peringatan spesifik dari IC mengenai wabah Coronavirus, serta tidak menyusun prakarsa nasional yang sepadan dengan ancaman yang diprediksi.

Seorang pejabat AS bahkan menyebut situasi saat ini sama dengan dengan “The system was blinking red”—suatu istilah yang pertama kali muncul dalam Bab 8 dari 9/11 Commission Report, dan merujuk pada makna dimana tidak ada bukti aksi apapun dari pemerintah meski terdapat peringatan dan upaya dari beberapa pejabat kontraterorisme mengenai serangan penerbangan oleh teroris. Yang dalam kasus ini maknanya bergeser dari ancaman teroris, kepada ancaman pandemi virus.

  555 Views    Likes  

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

previous post

Moralitas dan Etika Profesional dalam Menyongsong Generasi Pemimpin Masa Depan
Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

next post

Pendaftaran Program Kampus Mengajar Angkatan 8 sudah Dibuka!

related posts